Pada pemilu April lalu, ada 30 nama pesohor dunia hiburan yang bertarung menjadi anggota DPR di 10 dapil Jawa Barat. Dari nama-nama ini, sebagian diperkirakan lolos dengan suara yang cukup tinggi.
Di Dapil I Kota Bandung dan Cimahi, dua nama yang nampak lolos kembali adalah petahana, Nico Siahaan (PDIP) dan Nurul Arifin (Golkar). Dalam rekapitulasi KPU Kota Bandung, masing-masing mendapatkan 58 ribu dan 30 ribu suara.
Di Dapil yang sama, nama-nama baru juga masuk, yakni Muhammad Farhan (Nasdem) yang mendulang 44 ribuan suara dan Kirana Larasati (PDIP) dengan 20 ribuan suara.
Sementara Giring Ganesha (PSI) dan Choky Sitohang (Perindo), meski masing-masing mengumpulkan 47 ribu dan 20 ribu suara, gagal masuk Senayan karena partainya tidak melewati ambang batas parlemen. Di Dapil lain, Mulan Jameela (Gerindra) dipastikan gagal ke Senayan karena kurang suara.
Pengamat politik Jawa Barat, Adiyana Slamet, mengatakan sebagian artis ini belum mampu berubah dari selebritas hiburan jadi selebritas politik. Sebagian dari mereka, ujarnya, belum mampu menawarkan program yang menarik pemilih.
“Artis-artis itu tidak mampu memposisikan rational branding. Nah ini terkait dengan perspektif policy choice yang kemudian bisa ditawarkan ke masyarakat secara rasional,” ujarnya kepada VOA.
Direktur Eksekutif Lingkar Kajian Komunikasi Politik (LKKP) di Bandung ini mengatakan, sebagian artis meski populer belum memiliki basis pemilih. Adi mencontohkan, caleg yang berhasil lolos seperti Muhammad Farhan memiliki basis komunitas yang jelas. Sebab Farhan pernah bergabung dengan manajemen tim sepakbola Persib yang diketahui banyak pemilih.
“Yang notabene di Kota Bandung, di wilayah Jawa Barat, di Dapil Bandung-Cimahi, komunitas Viking (pendukung Persib) ini mempunyai masa yang riil,” terang pakar komunikasi politik ini.
30 Artis di Jawa Barat Bertarung Duduk di DPR
Saat pemilu, Jawa Barat memiliki 30 caleg artis yang bertarung, tertinggi dibandingkan Jawa Timur 8 orang dan Jawa Tengah 6 orang. Para caleg artis bertarung di 10 dapil Jawa Barat dan hanya 1 dapil yang tidak punya caleg berlatar dunia hiburan. Partai Nasdem tercatat mengajukan artis paling banyak dengan 10 kandidat.
Belum ada data yang membandingkan kinerja caleg artis dengan caleg berlatar belakang politisi atau pengusaha. Namun caleg artis kerap dipandang sebagai pendulang suara saja. Pada DPR periode 2014-2019, anggota legislatif dari kalangan selebriti hanya 3 persen, alias 16 orang dari total 560 anggota parlemen.
Menanggapi hal itu, Muhammad Farhan, yang diperkirakan lolos, mengakui anggapan itu masih ada. Lelaki yang dikenal sebagai presenter dan penyiar ini mengatakan penting untuk membuktikan kinerjanya kepada masyarakat.
“Saya sih happy-happy saja (kalau) ada yang menganggap saya remeh. Karena bagaimanapun juga, yang harus saya lakukan adalah membuktikan. Dan ketika membuktikan itulah saya termotivasi dan terpicu untuk bekerja keras,” ujarnya.
Jika duduk di parlemen kelak, dia berkomitmen meningkatkan akses kesehatan dan pendidikan bagi pemilih di dapilnya.
“Peningkatan akses kesehatan dan pendidikan untuk di dapil saya. Masalahnya adalah di Bandung Cimahi ini kita perlu membangung lebih banyak Puskesmas 24 jam. Harus ada APBN dan APBD yang lebih besar untuk posyandu,” ujarnya saat dihubungi VOA.
Farhan juga menyiapkan tiga program untuk legislasi di tingkat nasional, yakni pengelolaan big data, pengelolaan energi 35.000 MW, dan digitalisasi frekuensi lembaga penyiaran.
Program-program seperti itu, ujar pengamat politik Adiyana Slamet, adalah cara masyarakat mengukur kinerja caleg artis ketika jadi wakil rakyat.
“Sejauh mana artis ini menawarkan program yang sesuai tupoksi legislatif. Di dapil, harus mengakomodir tentang kebijakan dan anggaran pemerintah untuk mampu memperjuangkan basic needs di daerah pemilihannya,” pungkas kandidat doktor Universitas Padjajaran (Unpad) ini. [rt/em]