Sektor bantuan kemanusiaan minim kreativitas dan harus inovatif untuk mengoptimalkan dana bantuan, ujar para pejabat hari Senin, di tengah kekhawatiran kurangnya dana setelah terungkapnya skandal seks Oxfam.
Kelompok bantuan kemanusiaan harus memanfaatkan teknologi lebih baik lagi – dari program transfer uang tunai hingga penggunaan drone – untuk meningkatkan penyelenggaraan layanan, ujar seorang anggota panel pejabat pemerintah di London.
“Kita sudah terlalu lama, ketika berhadapan dengan tantangan, kita melihat ke dalam dan berusaha untuk menciptakan solusi yang tidak bekerja dengan baik untuk masyarakat yang ingin kita layani,” ujar Mark Green, direktur United States Agency for International Development (USAID).
“Baik itu di London atau [Washington] D.C., kami sektor bantuan kemanusiaan jauh tertinggal dari segi kreativitas,” tambahnya.
Green berbicara di sebuah acara yang diselenggarakan oleh the Overseas Development Institute, sebuah lembaga pemikir, dalam rangka peluncuran Humanitarian Grand Challenge, sebuah inisiatif yang diluncurkan oleh pemerintah AS, Inggris, dan Kanada untuk mendorong inovasi di seluruh sektor bantuan kemanusiaan.
Menteri bantuan kemanusiaan Inggris, Penny Mordaunt, mengatakan kelompok-kelompok bantuan kemanusiaan harus belajar dari kreativitas masyarakat dan sektor swasta dalam menyikapi tantangan termasuk kejutan akibat perubahan iklim dan malnutrisi.
Mordaunt mengutip inovasi seperti program transfer uang tunai – dimana para penerima bantuan menerima uang tunai secara elektronik ketimbang bantuan barang – sebagai satu cara untuk mengirimkan bantuan kemanusiaan dengan cara yang lebih baik, cepat, dan terjangkau, sementara juga memberikan otonomi kepada masyarakat.
Teknologi lain yang juga menjanjikan termasuk di antaranya pengumpulan data di telepon selular dan penggunaan drone untuk menentukan lokasi yang paling mendesak untuk menerima bantuan dalam berbagai krisis kemanusiaan, menurut Mordaunt.
Green menyatakan AS telah menghabiskan dana $8 milyar untuk bantuan kemanusiaan di tahun 2017, dimana 80 persennya disalurkan untuk pelayanan di zona-zona konflik.
“Kurang dari 1 persen dana tersebut disalurkan untuk kepentingan inovasi dan cara-cara untuk meningkatkan penyelenggaraan layanan bantuan kemanusiaan.”
Lembaga amal asal Inggris, Oxfam, telah mendapat sorotan tajam bulan ini atas terjadinya tuduhan perilaku seksual yang tidak terpuji terhadap staffnya di Haiti dan Chad yang mengancam pendanaan yang diterimanya dari pemerintah Inggris dan Uni Eropa.
Beberapa pakar industri telah memperingatkan bahwa serangan balik terhadap Oxfam dapat mendorong lembaga-lembaga amal untuk menutup-nutupi kasus-kasus pelecehan seksual karena kekhawatiran kehilangan dukungan dan pendanaan dari publik, lembaga donor, dan pemerintah. [ww]