Berbagai laporan menyebutkan tentara Korea Utara membawa air dengan ember-ember untuk mengairi lahan pertanian yang kering, dan 80 persen Korea Selatan menghadapi kekeringan yang ekstrem.
Laporan-laporan berita Korea Utara hari Selasa menyebutkan di provinsi Hwanghae saja lebih dari 20 ribu hektar lahan pertanian rusak, dan waduk air di kawasan itu kosong. Dalam pengakuan secara terbuka yang langka, Kantor Berita Korea Utara mengatakan pertanian "sangat parah terkena dampak kekeringan." Juga diakui pengerahan "sukarelawan, pejabat-pejabat kementerian, lembaga-lembaga nasional, dan pihak lain," guna mengatasi krisis tersebut.
Di Seoul, Perdana Menteri Korea Selatan Kim Hwang-sik memperingatkan akan terjadi lonjakan harga bahan pangan dan pengurangan pasokan air. Sejak April, ibukota Korea Selatan mencatat hanya 7 persen curah hujan dari yang biasa didapat pada periode yang sama tahun lalu.
Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) mengutip pejabat-pejabat Korea Utara, mengatakan sekitar 90 persen wilayah budi-daya bukan padi di lima propinsi utama, paling parah terkena dampak kekeringan dan cuaca panas selama berminggu-minggu.
Jurubicara FAO Kisan Gunjal mengatakan tidak jelas berapa lama musim kering akan berlangsung, seperti juga prospek penanaman kembali tanaman utama negara itu, jagung, jika hujan tiba. Kepada VOA, Gunjal mengatakan, peramal cuaca memperkirakan kemungkinan hujan akan turun di bagian timur semenanjung akhir pekan ini. Tetapi menurut pakar-pakar meteorologi, curah hujan tidak akan mengubah kondisi kering di kawasan tersebut secara berarti.
Laporan-laporan berita Korea Utara hari Selasa menyebutkan di provinsi Hwanghae saja lebih dari 20 ribu hektar lahan pertanian rusak, dan waduk air di kawasan itu kosong. Dalam pengakuan secara terbuka yang langka, Kantor Berita Korea Utara mengatakan pertanian "sangat parah terkena dampak kekeringan." Juga diakui pengerahan "sukarelawan, pejabat-pejabat kementerian, lembaga-lembaga nasional, dan pihak lain," guna mengatasi krisis tersebut.
Di Seoul, Perdana Menteri Korea Selatan Kim Hwang-sik memperingatkan akan terjadi lonjakan harga bahan pangan dan pengurangan pasokan air. Sejak April, ibukota Korea Selatan mencatat hanya 7 persen curah hujan dari yang biasa didapat pada periode yang sama tahun lalu.
Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) mengutip pejabat-pejabat Korea Utara, mengatakan sekitar 90 persen wilayah budi-daya bukan padi di lima propinsi utama, paling parah terkena dampak kekeringan dan cuaca panas selama berminggu-minggu.
Jurubicara FAO Kisan Gunjal mengatakan tidak jelas berapa lama musim kering akan berlangsung, seperti juga prospek penanaman kembali tanaman utama negara itu, jagung, jika hujan tiba. Kepada VOA, Gunjal mengatakan, peramal cuaca memperkirakan kemungkinan hujan akan turun di bagian timur semenanjung akhir pekan ini. Tetapi menurut pakar-pakar meteorologi, curah hujan tidak akan mengubah kondisi kering di kawasan tersebut secara berarti.