WASHINGTON, DC —
Senat memulai pembahasan resmi empat bulan setelah penembakan massal di sebuah sekolah dasar di Connecticut yang membawa perdebatan yang sudah berlangsung lama berkenaan dengan peraturan tentang pemilikan senjata ke tempat teratas agenda politik nasional.
Senator Negara bagian Connecticut dari fraksi Demokrat, Chris Murphy, mengingatkan mitra-mitranya akan peristiwa mengerikan di Newton. Ia mengatakan, “Dua puluh enam orang tewas. Itu betul-betul nyata. Kenyataan terburuk adalah: jika kita tidak melakukan sesuatu sekarang, peristiwa ini akan terjadi lagi.”
Berbagai RUU telah diusulkan ke Senat yang didominasi fraksi Demokrat, mulai dari melarang senapan serbu gaya militer, pembatasan kapasitas magazin peluru, memperketat persyaratan pemeriksaan latar belakang pembeli senjata sampai perbaikan sistem keamanan sekolah. Dua hal terakhir, pemeriksaan latar belakang dan keamanan sekolah, diperkirakan akan diloloskan.
Hari Rabu, usul bipartisan diajukan untuk melarang penjualan senjata kepada mereka yang punya catatan buruk kejahatan atau sakit jiwa. Senator Pat Toomey dari fraksi Republik mengatakan, “Penjahat dan orang sakit jiwa parah tidak boleh punya senjata. Saya tidak tahu orang yang tidak setuju dengan pendapat itu. Meski pemeriksaan latar belakang tidak sepeunuhnya bisa mengatasi masalah ini, tindakan itu bisa sangat membantu.”
Namun beberapa senator dari fraksi Republik bahkan menentang perdebatan kebijakan seperti itu, termasuk James Inhofe, yang mengatakan pembatasan pemilikan senjata api tidak ampuh dan salah.
Rekannya Senator Mike Lee dari fraksi Republik mengatakan Konstitusi Amerika menetapkan hak warga Amerika untuk memiliki senjata. “Semua pembatasan terhadap hak azasi untuk membela diri membuat kita lebih tergantung pada pemerintah untuk melindungi diri. Pemerintah tidak bisa ada di mana-mana kapan saja, jadi upaya membatasi hak individu untuk memiliki senjata menjadikan diri kita tidak merasa aman,” paparnya.
Senator Murphy menyatakan kebebasan untuk memiliki senjata harus ditimbang seperti halnya hak azasi lainnya. “Kebebasan bukan tentang punya senjata yang bisa kita miliki kapan saja kita mau. Kebebasan juga adalah tentang hak untuk merasa bebas dari kekerasan yang tidak pandang bulu. Kebebasan macam apa yang dimiliki anak-anak di ruang kelas di Newton, terperangkap oleh orang gila yang menggunakan senjata untuk menyerang?” ujarnya.
Debat Senat mengenai RUU senjata akan makan waktu berminggu-minggu. Kebijakan apa pun yang pada akhirnya disahkan Senat mungkin akan menghadapi tentangan yang lebih besar di DPR yang dikuasai fraksi Republik, di mana penentangan terhadap pembatasan pemilikan senjata lebih kuat. Presiden Barack Obama berjanji akan terus mendesakkan RUU baru tentang pemilikan senjata sampai siap ditandatanganinya untuk menjadi undang-undang.
Senator Negara bagian Connecticut dari fraksi Demokrat, Chris Murphy, mengingatkan mitra-mitranya akan peristiwa mengerikan di Newton. Ia mengatakan, “Dua puluh enam orang tewas. Itu betul-betul nyata. Kenyataan terburuk adalah: jika kita tidak melakukan sesuatu sekarang, peristiwa ini akan terjadi lagi.”
Berbagai RUU telah diusulkan ke Senat yang didominasi fraksi Demokrat, mulai dari melarang senapan serbu gaya militer, pembatasan kapasitas magazin peluru, memperketat persyaratan pemeriksaan latar belakang pembeli senjata sampai perbaikan sistem keamanan sekolah. Dua hal terakhir, pemeriksaan latar belakang dan keamanan sekolah, diperkirakan akan diloloskan.
Hari Rabu, usul bipartisan diajukan untuk melarang penjualan senjata kepada mereka yang punya catatan buruk kejahatan atau sakit jiwa. Senator Pat Toomey dari fraksi Republik mengatakan, “Penjahat dan orang sakit jiwa parah tidak boleh punya senjata. Saya tidak tahu orang yang tidak setuju dengan pendapat itu. Meski pemeriksaan latar belakang tidak sepeunuhnya bisa mengatasi masalah ini, tindakan itu bisa sangat membantu.”
Namun beberapa senator dari fraksi Republik bahkan menentang perdebatan kebijakan seperti itu, termasuk James Inhofe, yang mengatakan pembatasan pemilikan senjata api tidak ampuh dan salah.
Rekannya Senator Mike Lee dari fraksi Republik mengatakan Konstitusi Amerika menetapkan hak warga Amerika untuk memiliki senjata. “Semua pembatasan terhadap hak azasi untuk membela diri membuat kita lebih tergantung pada pemerintah untuk melindungi diri. Pemerintah tidak bisa ada di mana-mana kapan saja, jadi upaya membatasi hak individu untuk memiliki senjata menjadikan diri kita tidak merasa aman,” paparnya.
Senator Murphy menyatakan kebebasan untuk memiliki senjata harus ditimbang seperti halnya hak azasi lainnya. “Kebebasan bukan tentang punya senjata yang bisa kita miliki kapan saja kita mau. Kebebasan juga adalah tentang hak untuk merasa bebas dari kekerasan yang tidak pandang bulu. Kebebasan macam apa yang dimiliki anak-anak di ruang kelas di Newton, terperangkap oleh orang gila yang menggunakan senjata untuk menyerang?” ujarnya.
Debat Senat mengenai RUU senjata akan makan waktu berminggu-minggu. Kebijakan apa pun yang pada akhirnya disahkan Senat mungkin akan menghadapi tentangan yang lebih besar di DPR yang dikuasai fraksi Republik, di mana penentangan terhadap pembatasan pemilikan senjata lebih kuat. Presiden Barack Obama berjanji akan terus mendesakkan RUU baru tentang pemilikan senjata sampai siap ditandatanganinya untuk menjadi undang-undang.