Sekurangnya dua tentara AS tewas dalam ledakan bunuh diri di kota Manbij di Suriah utara, Rabu (16/1), melipat duakan jumlah tentara Amerika yang tewas dalam aksi di Suriah sejak AS pertama kali masuk ke Suriah tahun 2014. Serangan itu juga menewaskan seorang warga sipil dan kontraktor yang bekerja untuk Departemen Pertahanan AS, dan puluhan lebih lainnya.
Video pemantau menunjukkan saat serangan, ledakannya mengoyak sebuah restoran di pusat kota itu. ISIS mengaku bertanggung jawab terhadap insiden tersebut.
Targetnya adalah pasukan Amerika dan pejuang lokal Suriah yang bertemu di sana ketika melakukan "patroli rutin," demikian menurut koalisi anti ISIS.
Video VOA menunjukkan pasukan mengevakuasi seorang warga Amerika yang cedera dari sebuah stadion di dekatnya.
Serangan itu merupakan yang paling mematikan yang pernah terjadi terhadap pasukan A.S. yang berperang melawan ISIS di Suriah.
Pentagon mengirim ucapan belasungkawa kepada keluarga para korban, menambahkan bahwa AS tetap pada komitmennya.
Pat Shanahan, Penjabat Sekretaris Pertahanan AS, "Perang kita melawan aksi teror sedang berlangsung dan kita akan tetap waspada akan penghancurannya."
Hari Rabu, Wakil Presiden AS Mike Pence tidak menyebut serangan itu dan mengatakan AS sudah mulai menyerahkan perang itu kepada sekutu-sekutunya di Suriah.
Wapres AS Mike Pence mengatakan, "Kita menarik pulang pasukan kita. Kekhalifahan runtuh, dan ISIS telah dikalahkan. "
Para pengecam mengatakan tanda-tanda pemerintah yang saling bertentangan telah melemahkan posisi anti-terorisme AS, dengan sekutu presiden, Senator Lindsey Graham memperingatkan Presiden Donald Trump bahwa pernyataannya mengenai Suriah baru-baru ini telah memberi semangat kepada para teroris sementara membuat sekutu di lapangan tidak yakin dengan komitmen AS.
"Saya berharap presiden akan mempertimbangkan jangka panjang dan seksama akan arahnya di Suriah. Saya tahu orang-orang merasa frustrasi, tetapi kita tidak akan pernah aman di sini kecuali kita bersedia membantu orang-orang di sana yang melawan ideologi radikal ini," ujar Graham.
Serangan terbaru tersebut bisa membuat penarikan kontroversial militer AS dari Suriah semakin tidak menentu. [my]