Sebuah serangan roket di Irak Utara, Senin (15/2), malam menewaskan seorang kontraktor dari koalisi pimpinan AS dan mencederai sedikitnya enam lainnya, sebut koalisi dan para pejabat Irak.
Juru bicara koalisi, Kolonel Angkatan Darat AS Wayne Marotto Selasa pagi mengatakan, seluruhnya ada 14 roket yang diluncurkan, dan tiga di antaranya menghantam pangkalan udara yang dihuni pasukan AS di dekat bandara Irbil.
Marotto mengatakan kontraktor yang tewas bukanlah warga Amerika, dan bahwa mereka yang cedera mencakup delapan kontraktor sipil lainnya dan seorang tentara Amerika.
Sebuah kelompok kurang dikenal bernama Saraya Awliya al-Dam mengaku bertanggung jawab atas serangan itu.
“Kami marah atas serangan roket hari ini di Wilayah Kurdistan Irak,” kata Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan pada Senin (15/2) malam.
“Kami menyatakan bela sungkawa kepada keluarga kontraktor sipil yang tewas dalam serangan ini, dan kepada warga Irak yang tak bersalah serta keluarga mereka yang menderita akibat tindak kekerasan yang kejam ini. Saya telah menghubungi PM Kurdistan Masrour Barzani untuk membahas insiden ini dan menjanjikan dukungan kami bagi semua upaya untuk menyelidiki dan menuntut mereka yang bertanggung jawab," papar Blinken.
Barzani mencuit di Twitter bahwa ia telah berbicara dengan Blinken “mengenai serangan pengecut” itu dan bahwa kedua pihak akan “berkoordinasi erat dalam penyelidikan.”
Kematian terakhir yang dialami koalisi akibat serangan musuh di Irak terjadi hampir setahun silam di sebuah markas di sebelah utara Baghdad yang menewaskan dua tentara AS dan seorang tentara Inggris. Ketegangan meruncing antara milisi yang terkait dengan Iran di satu pihak dan pasukan AS beserta sekutu-sekutu Irak dan Kurdi mereka di pihak lainnya.
Presiden Irak Barham Saleh mencuit bahwa serangan itu menandai “eskalasi berbahaya dan tindakan kriminal teroris.”
Kepala Misi Bantuan PBB untuk Irak, Jeanine Hennis Plasschaert, mengatakan, “tindakan keji, sembrono seperti itu merupakan ancaman bagi stabilitas.”
“Irak harus dilindungi dari persaingan eksternal,” cuitnya hari Selasa (16/2). “Kami menyerukan semua pihak menahan diri dan kolaborasi erat Baghdad-Irbil untuk menyeret pelakunya ke muka hukum.”
Saraya Awliya al-Dam menyatakan menargetkan markas tersebut karena “pendudukan Amerika” di Irak. [uh/ab]