Para saksi mata melaporkan sedikitnya lima serangan udara terhadap sebuah gudang senjata di sebuah markas militer di pinggiran kota Sana’a dan di sebuah lokasi di dekat istana, tempat tujuan senjata dikirimkan. Sementara itu, serangan-serangan udara dan kapal-kapal perang angkatan laut lainnya menarget pemberontak Houthi di Aden, dengan pertempuran baru di jalan-jalan antara mereka dan tentara yang setia kepada Presiden Abed Rabbo Mansour Hadi, yang telah lari mengasingkan diri ke Arab Saudi.
Pertempuran lainnya berkobar di provinsi Marib, Yaman Tengah, yang kaya minyak. Pasukan yang setia kepada mantan Presiden Ali Abdullah Saleh bekerjasama dengan pasukan Houthi berjuang melawan anggota-anggota kesukuan di darat sementara jet-jet Saudi melancarkan serangan udara. Pesawat-pesawat tempur juga menyerang lokasi-lokasi propemberontak di provinsi Shabwa dan Lahj.
Bombardir udara yang dipimpin Riyadh memasuki bulan ke-dua hari Minggu (26/4), meskipun Arab Saudi pekan lalu mengumumkan akan mengurangi serangannya.
Serangan-serangan udara terbaru dan pertempuran di darat menunjukkan betapa sulitnya merundingkan perdamaian di negara termiskin di Arab itu.
PBB telah menunjuk diplomat Mauritania Ismail Ould Cheikh Ahmed sebagai utusan khusus untuk Yaman. PBB menyatakan “ia akan bekerjasama erat dengan para anggota Dewan Keamanan PBB, Dewan Kerjasama Teluk, pemerintah negara-negara di kawasan dan mitra-mitra lain, serta tim PBB untuk Yaman” dalam upaya memulai perundingan perdamaian.
Saleh telah mendesak pemberontak Houthi untuk memedulikan tuntutan PBB agar mundur dari wilayah yang telah mereka rebut, tetapi tidak ada indikasi hal tersebut terwujud.
PBB menyatakan lebih dari 550 warga sipil tewas dalam pertempuran di Yaman dalam bulan lalu, termasuk di antaranya 115 anak-anak.