Tautan-tautan Akses

Ledakan Bom di Baghdad Tewaskan 60 Orang Lebih


Serangkaian serangan bom di ibukota Irak hari Kamis menewaskan lebih dari 60 orang (22/12).
Serangkaian serangan bom di ibukota Irak hari Kamis menewaskan lebih dari 60 orang (22/12).

Serangkaian bom meledak di ibukota Irak, hari Kamis, mengakibatkan 63 orang tewas dan 180 orang lebih mengalami luka-luka. Serangan itu terjadi saat Irak berada di tengah krisis politik antara Perdana Menteri Nouri al-Maliki dari kalangan Shiah dan saingan politik dari kalangan sunni di pemerintahan.

Ambulan mengangkut korban ke rumah sakit di Baghdad menyusul beberapa ledakan yang tampaknya menargetkan sebagian besar wilayah kalangan Shiah. Para saksi mata mengatakan kebanyakan dari serangan yang tampaknya terkoordinir itu terjadi ketika orang-orang berangkat kerja.

Jaringan televisi pemerintah Irak menunjukkan empat dari ledakan itu merupakan bom mobil, sementara sepuluh lainnya adalah bom yang ditanam di pinggir jalan. Kepala keamanan kota Baghdad mengatakan polisi menemukan dan menjinakkan enam bom mobil lainnya.

Jaringan televisi Sunni , al Baghdadiya juga melaporkan percobaan pembunuhan yang gagal terhadap pejabat bank terkemuka dan seorang jenderal polisi, dan serangan roket ke wilayah shiah.

Belum ada yang mengaku bertanggung jawab.

Hassan, salah seorang saksi mata ledakan bom itu mengeluh karena warga sipil menjadi korban pertikaian antar politisi.

Dia mengingatkan para politisi agar tidak lagi mengorbankan warga biasa atas perseteruan mereka.

Serangan itu terjadi ditengah krisis politik yang memuncak minggu ini ketika Perdana Menteri, Nouri al-Maliki, seorang Shiah, mencoba menangkap Wakil Presiden, Tariq al-Hashemi dari kalangan Sunni, dengan menuduhnya terlibat dalam konspirasi teroris. Hashemi kemudian melarikan diri ke Kurdistan di Irak utara.

Hari Rabu, PM Maliki menuntut agar pemimpin Kurdi menyerahkan Hashemi supaya ia bisa diadili atas kejahatan yang dituduhkan padanya.

Hashemi, mengatakan klaim yang dituduhkan padanya adalah rekayasa, dan mengatakan pada VOA bahwa konflik itu adalah hasil tekanan dari Iran dan Suriah terhadap PM Maliki.

Hashemi mengatakan negara-negara tetangga tidak senang dengan beberapa pernyataan yang ia keluarkan baru-baru ini dan mereka berada di belakang apa yang disebutnya sebagai krisis yang dibuat-buat dan semakin banyaknya kampanye di media yang menentangnya.

Juru bicara PM Maliki, Ali Dabbagh, menjawab bahwa Wakil Presiden Hashemi lah yang membuat krisis itu menjadi semakin besar di media, dan bukan PM Maliki.

Dia mengatakan Hashemi harus membeberkan kasusnya di pengadilan dan bukan di depan media. Dia menegaskan jaringan televisi mengubah masalah itu menjadi krisis politik yang berbahaya.

Ketua Parlemen Irak akan bertemu para pemuka politik dalam 24 jam mendatang dalam upaya menyelesaikan konflik yang meningkat dengan cepat itu.

XS
SM
MD
LG