Informasi tentang penemuan kontainer berisi surat suara yang sudah dicoblos untuk calon presiden nomor urut 01 Joko Widodo itu berawal dari cuitan Wasekjen Partai Demokrat Andi Arief di Twitter, Rabu malam (2/1).
Dalam cuitannya, Andi Arief mengatakan “mohon dicek kabarnya ada 7 kontainer surat suara yang sudah dicoblos di Tanjung Priok. Supaya tidak fitnah, harap dicek kebenarannya karena kabar ini sudah beredar.” Cuitan ini kemudian beredar luas dengan beragam bumbu.
Selain cuitan itu ada pula satu rekaman suara berdurasi sekitar 44 detik yang beredar di kalangan wartawan dan secara terang-terangan mengatakan ada tujuh kontainer di Tanjung Priok dan bahwa “ini Marinir sudah turun, dibuka satu, isinya kartu suara yang sudah dicoblos nomor satu.”
Cuitan Andi Arief itu tidak ditemukan lagi setelah Ketua KPU Arief Budiman bergerak cepat mendatangi langsung pelabuhan Tanjung Priok, tak lama setelah cuitan itu beredar.
“Tidak ada. Itu tidak benar. Tidak ada TNI AL yang menemukan itu dan tidak benar KPU telah menyita,” ujar Arief Budiman kepada wartawan di Jakarta, Rabu malam. Ditegaskannya bahwa kabar tentang 70 juta surat suara yang sudah dicoblos di nomor 01 itu adalah berita bohong dan oleh karena itu ia sudah melapor ke polisi.
“Orang-orang jahat yang ganggu penyelenggaraan pemilu harus ditangkap,” tegasnya.
Cuitan Wasekjen Partai Demokrat Dinilai Provokatif
Sekjen PDI-Perjuangan Hasto Kristayanto Kamis pagi (3/2) bereaksi keras terhadap pernyataan Wasekjen Partai Demokrat Andi Arief itu dengan mengatakan pernyataan itu “sangat provokatif, cermin kekerdilan jiwa, mental prejudice, dan sangat berbahaya.” Ditambahkan bahwa “pernyataan jalanan tanpa dasar tersebut sudah memenuhi delik hukum untuk dipersoalkan.”
“PDI-Perjuangan,” ujar Hasto, menyerukan seluruh partai untuk “wajib menjaga suasana yang kondusif dan menjaga disiplin seluruh anggota dan kadernya agar tidak menciptakan kegaduhan yang merusak energi persatuan bangsa.”
Hal senada disampaikan juru bicara Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf Amin, Ace Hasan Syadzily, yang bahkan mendorong aparat keamanan “untuk memburu pelaku kejahatan dan aktor intelektual yang memproduksi, menyebarkan kabar bohong ini.” Ia menilai “kejahatan ini adalah tindakan yang berbahaya bagi stabilitas politik, meresahkan masyarakat, mengganggu pemilu dan berpretensi mendelegitimasi pemilu.”
Ace menyebutkan beberapa contoh yang dinilainya pararel dengan “serangkaian skenario” antara lain : soal e-KTP yang dimusnahkan, pemilih hantu sampai surat suara yang didatangkan dari China.
Andi Arief Klaim KPU Bergerak atas Imbauannya
Andi Arief sendiri mencuit di Twitter Kamis pagi (3/1) menuding Sekjen PDI-Perjuangan Hasto Kristayanto “buta huruf.”
“Saya mengimbau supaya dicek,” cuitnya. Ia mengklaim KPU bergerak setelah mendapat imbauannya.
“Hasto Sekjen PDIP buta huruf. suruh baca tuit saya dengan jelas. Saya mengimbau supaya dicek. Karena isu itu sudah dari sore muncul. Bahkan Ketua KPU sendiri mengakui dia mendapat kabar dari sore. KPU beegerak setelah himbauan saya.”
Ketua KPU Arief Budiman tidak menjawab permohonan konfirmasi VOA apakah benar ia baru bergerak setelah membaca cuitan Andi Arief.
Tak sampai disitu mantan aktivis mahasiswa itu menantang Hasto Kristayanto untuk melaporkannya ke polisi.
“Silahkan saja kalau Saya mau dilaporkan, tinggal aparat hukum mau berfihak pada Hasto Sekjen PDIP yang buta huruf membaca tuit saya, atau berfihak pada saya yg ingin menyelamatkan pemilu supaya jurdil.”
“Silahkan saja kalau Saya mau dilaporkan, tinggal aparat hukum mau berpihak pada Hasto Sekjen PDIP yang buta huruf membaca tuit saya, atau berpihak pada saya yg ingin menyelamatkan pemilu supaya jurdil”
Andi Arief juga mengakui bahwa cuitannya tentang temuan tujuh kontainer berisi kertas suara yang sudah dicoblos itu “terhapus.” “Saya memang mentuit,” akunya dengan memasang screen-shot cuitan sebelumnya yang diberitakan salah satu media di Jakarta.
Sementara itu KPU telah berkoordinasi dengan Cyber Crime Mabes Polri untuk menindaklanjuti kabar bohong soal temuan tujuh kontainer surat suara yang sudah dicoblos, baik dalam bentuk rekaman suara maupun tulisan di sosial media. [em]