Seorang sopir bus di bagian utara Italia hari Rabu (20/3) menculik 51 siswa dan pendamping mereka di sekolah, mengancam para sandera itu selama 40 menit dan membakar bus yang sudah diblokir oleh 'Carabinieri' (sebutan bagi polisi paramiliter di Italia, red).
Sejumlah polisi memecahkan jendela di bagian belakang bus untuk mengeluarkan semua siswa tanpa cedera serius, sebelum api menghanguskan bus itu.
Polisi segera menangkap sopir dan melarikannya ke rumah sakit karena luka bakar. Jaksa menggambarkannya sebagai seorang warga Italia keturunan Senegal berusia 47 tahun. Otorita berwenang mengatakan sopir itu mengatakan kepada mereka bahwa ia ingin menarik perhatian pada kasus para migran yang melarikan diri menuju ke Eropa dan tewas di Laut Tengah, tetapi tidak pernah berniat ingin melukai siapa pun.
Sebelum Beraksi Pelaku Sempat Kirim Video kepada Teman-Temannya
Namun jaksa mengatakan persiapan yang dilakukan tersangka – yang diidentifikasi sebagai Ousseynou Sy – seperti membuat persiapan dengan membeli tabung bensin dan mempersiapkan langkah-langkah lainnya menunjukkan bahwa tindakan itu sudah direncanakan sebelumnya. Sy juga mengirim video kepada teman-temannya di Italia dan Senegal, yang mengindikasikan rencana tindakan tersebut. Video itu disertai pesan: “Afrika, bangkitlah!”
Sy kini diselidiki dengan dugaan penculikan, niat melakukan pembantaian, pembakaran dan melawan para penegak hukum, serta terorisme; karena tindakan yang sangat buruk dan menimbulkan kepanikan. Jaksa mengatakan mereka tidak menemukan bukti adanya kaitan antara Sy dengan Islam radikal atau kelompok ekstremis lainnya, dengan mengatakan tampaknya sopir bus itu bertindak seorang diri.
Jaksa Puji Warga dan Polisi yang Bergerak Cepat Sudahi Pembajakan
Jaksa Francesco Greno memuji warga dan polisi Carabinieri yang bergerak cepat memblokir bus dan mengeluarkan anak-anak ketika bus mulai terbakar. “Mereka melakukan operasi yang kerap kita tonton di film-film, yang umumnya dilakukan agen-agen khusus,” ujar Greno.
“Syukurlah mereka bergerak cepat karena ada niat untuk melakukan pembantaian dan supir bus telah membakar sebagian bus itu,” tambahnya.
Komandan Carabinieri, Luca De Marchis, mengatakan kepada radio Sky TG24 bahwa bus itu mengangkut dua kelas siswa SMP, dan sedang melakukan perjalanan dari sekolah dan sebuah gymnasium yang terletak di dekatnya. Bus itu kemudian dibakar di sebuah daerah di provinsi Cremona, sekitar 40 kilometer dari Milan.
De Marchis memaparkan sopir bus mengancam para siswa dengan mengatakan ‘’tidak ada seorang pun yang akan hidup hari ini,’’ sambil mengarahkan bus ke tempat lain, bukan tujuan semula.
ANSA: Siswa Telepon Ortu dan Beritahu Aparat Lewat Telepon yang Terjatuh di Bus
Kantor berita Italia ANSA mengutip salah seorang siswa yang mengatakan supir itu mengambil semua telpon siswa dan memerintahkan pendamping siswa untuk mengikat tangan mereka dengan kabel, mengancam untuk menyiram bensin ke arah mereka dan membakar bus itu. ANSA mengatakan sang pembimbing secara diam-diam melonggarkan ikatan tangan sebagian siswa.
Salah seorang siswa menggambarkan teror yang dialaminya dalam wawancara dengan stasiun televisi La Repubblica TV. Nama dan identitas lainnya disamarkan karena masih di bawah umur.
“Kami semua sangat ketakutan karena supir telah mengosongkan satu tabung bensin ke lantai bus. Ia mengikat tangan kami dan mengambil seluruh telpon sehingga kami tidak dapat menelpon polisi,” ujarnya.
“Namun salah satu telepon milik teman saya jatuh ke lantai bus, saya berupaya membuka ikatan tangan, agak melukai tangan saya, untuk mengambil telpon itu dan menelepon Carabinieri (polisi),” tambahnya.
Otorita berwenang mengatakan siswa itu tampaknya menelpon orang tuanya, yang kemudian menghubungi layanan darurat dan memberitahu polisi. Aparat segera memblokir jalan-jalan untuk mencegat bus itu di pinggiran kota Milan dengan tiga kendaraan lain.
“Sementara dua polisi mengajak supir bicara, sebagian polisi lainnya memecahkan kaca belakang bus dan mengeluarkan para siswa,” ujar De Marchis. Ketika evakuasi sedang berlangsung, sopir menyalakan pemantik api yang memicu kebakaran di dalam bus itu.
De Marchis memuji para polisi yang bergerak ‘’sangat cepat dan berani’’ mengeluarkan seluruh siswa dan guru pendamping mereka ‘’tanpa konsekuensi tragis.’’
Sebagian siswa dirawat di rumah sakit, umumnya karena luka terpotong benda tajam dan lecet-lecet akibat proses evakuasi itu.
Jaksa mengatakan Sy, yang menjadi warga negara Italia pada tahun 2004, pernah dituntut pada tahun 2007 dan 2011 karena mengemudi dalam keadaan mabuk dan melakukan pelecehan seksual terhadap seorang anak di bawah umur. Namun ia diketahui telah bekerja di perusahaan bus yang sekarang ini selama 15 tahun, tanpa masalah apapun. (em)