Program HIV Botswana "tes dan obati" membawa hasil setelah negara di bagian selatan Afrika itu mencatat terjadinya suatu penurunan pada sejumlah kasus terkait virus AIDS di antara komunitas yan berpartisipasi.
Akan tetapi tingkat virus mematikan tersebut tetap berada di antara yang tertinggi di dunia, demikian menurut sebuah studi baru-baru ini oleh Botswana-Harvard AIDS Institute Partnership.
Tlotlo Moilwa (21 tahun), lahir dengan HIV dan menjadi yatim pada usia 10 tahun setelah kehilangan kedua orang tuanya yang terjangkit virus yang menyebabkan AIDS.
Tetapi berkat program antiretroviral di Botswana, terapi perawatan yang dikembangkan dengan baik, Moilwa bertahan hidup sehat.
“Di luar sana, ada program yang diberikan kepada orang yang positif terjangkit HIV. Yang bisa saya katakan terkait pemerintah kita adalah sangat mendukung. Mereka selalu siap mendukung kami,” kata Tlotlo Lillian Moilwa.
Salah satu program yang dikenal sebagai ‘Test and Treat’ menunjukkan meningkatnya penekanan pada virus itu dan penurunan 30 persen pada infeksi HIV yang baru di antara 15 kelompok masyarakat dalam kelompok studi tersebut.
Program Test and Treat didirikan tahun 2016 dengan bantuan Amerika Serikat, the President's Emergency Plan for AIDS Relief (PEPFAR), program inisiatif presiden terkait perencanaan darurat yang mengobati semua pasien HIV terlepas dari banyaknya jumlah virus dalam aliran darah mereka.
Kunci keberhasilan program itu terletak pada petugas kesehatan masyarakat untuk memastikan setiap pasien HIV pergi berobat. Dan Craun-Selka dari PEPFAR mengemukakan, "Semakin cepat orang menjalani pengobatan, semakin cepat pula virus itu dapat dihambat berkembang dalam tubuh, dan kemungkinan tidak dapat menularkan virus tersebut kepada orang lain.”
The New England Journal of Medicine, jurnal kedokteran edisi bulan Juli menerbitkan penelitian para periset dari Harvard University dan Botswana-Harvard AIDS Institute Partnership.
Botswana memiliki prevalensi HIV tertinggi ketiga di dunia, dengan satu dari empat orang dewasa berumur di antara 15 dan 49 tahun adalah penderita positif HIV. Richard Matlare dari National Aids Coordinating Agency menjelaskan, “Kami belum berhasil sepenuhnya, jika dilihat dari kelompok remaja putri dan perempuan muda yang ada di sini dengan 40 terinfeksi baru setiap minggu itu terlalu tinggi.”
Bagi para pasien penderita HIV, seperti Moilwa yang lahir sebelum ada upaya pencegahan penularan dari ibu ke anak, kemajuan di Botswana dalam memerangi AIDS memberi harapan bagi masa depan anak-anak yang sehat.
Botswana ingin mencapai target agar 95 persen penderita terinfeksi HIV mengetahui status mereka, menjalani pengobatan, dan menekan perkembangan virus AIDS tahun depan. [mg/lt]