WASHINGTON —
Pada Hari Tuberkulosis (TB) Dunia yang jatuh pada 24 Maret, ada berita yang memprihatinkan mengenai anak-anak dan tuberkulosis.
Sebuah studi baru memperkirakan bahwa setiap tahun, satu juta anak di seluruh dunia terinfeksi dengan TB. Jumlah ini dua kali lipat dari perkiraan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan tiga kali lebih tinggi daripada jumlah anak-anak yang dilaporkan, didiagnosa dan dirawat untuk penyakit itu setiap tahun. Yang lebih memprihatinkan adalah berita bahwa 32.000 anak-anak menderita tuberkulosis yang resisten terhadap beragam obat, yang sangat sulit untuk disembuhkan.
Para ahli mengatakan ada celah kecil untuk mengidentifikasi dan merawat anak-anak dengan penyakit tersebut. Tidak seperti orang dewasa, yang dapat membawa bakteri dalam bentuk laten selama bertahun-tahun sebelum jatuh sakit, pejabat kesehatan publik mengatakan anak-anak yang terinfeksi TB dapat jatuh sakit secara cepat, dan meninggal dunia sebelum bisa pergi ke dokter.
Sebagian dari masalahnya adalah bahwa tuberkulosis sangat sulit untuk didiagnosa pada anak-anak, menurut Mercedes Beccera, profesor bidang kesehatan global dan obat sosial di Harvard Medical School di Boston.
Beccera mengatakan tes sputum konvensional yang sukses digunakan untuk mendiagnosa TB pada orang dewasa tidak bekerja dengan baik pada anak-anak. Tes tersebut melihat kehadiran bakteri dalam sampel dahak yang keluar dari batuk pasien.
Namun Beccera, penulis senior dari laporan mengenai anak-anak dan TB yang diterbitkan jurnal The Lancet, mengatakan tes sputum tidak cukup sensitif dalam mendeteksi penyakit itu pada semua anak-anak.
“Anak-anak memiliki lebih sedikit bakteri dan penyakit mereka berbeda dari orang dewasa. Kehadirannya berbeda," ujar Beccera.
Pada anak-anak, ujar Beccera, bakteri TB seringkali tidak hanya menetap di paru-paru, tapi kerap menyebar di bagian-bagian lain di tubuh, termasuk otak dan sumsum tulang belakang.
Karena anak-anak biasanya tertular orang dewasa, Beccera mengatakan banyak kasus TB dapat dicegah dengan pemeriksaan menyeluruh dari mereka yang terkena kontak dengan pasien, termasuk anak-anak. Jika tidak, kegagalan untuk memeriksa anak-anak merupakan peluang yang hilang untuk merawat dan mencegah tuberkulosis.
Beccera mengatakan sebagian besar kasus TB terjadi di China, Rusia dan India, namun anak-anak yang terinfeksi TB terdapat di mana saja jika ada orang dewasa yang terkena penyakit tersebut.
Sebuah studi baru memperkirakan bahwa setiap tahun, satu juta anak di seluruh dunia terinfeksi dengan TB. Jumlah ini dua kali lipat dari perkiraan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan tiga kali lebih tinggi daripada jumlah anak-anak yang dilaporkan, didiagnosa dan dirawat untuk penyakit itu setiap tahun. Yang lebih memprihatinkan adalah berita bahwa 32.000 anak-anak menderita tuberkulosis yang resisten terhadap beragam obat, yang sangat sulit untuk disembuhkan.
Para ahli mengatakan ada celah kecil untuk mengidentifikasi dan merawat anak-anak dengan penyakit tersebut. Tidak seperti orang dewasa, yang dapat membawa bakteri dalam bentuk laten selama bertahun-tahun sebelum jatuh sakit, pejabat kesehatan publik mengatakan anak-anak yang terinfeksi TB dapat jatuh sakit secara cepat, dan meninggal dunia sebelum bisa pergi ke dokter.
Sebagian dari masalahnya adalah bahwa tuberkulosis sangat sulit untuk didiagnosa pada anak-anak, menurut Mercedes Beccera, profesor bidang kesehatan global dan obat sosial di Harvard Medical School di Boston.
Beccera mengatakan tes sputum konvensional yang sukses digunakan untuk mendiagnosa TB pada orang dewasa tidak bekerja dengan baik pada anak-anak. Tes tersebut melihat kehadiran bakteri dalam sampel dahak yang keluar dari batuk pasien.
Namun Beccera, penulis senior dari laporan mengenai anak-anak dan TB yang diterbitkan jurnal The Lancet, mengatakan tes sputum tidak cukup sensitif dalam mendeteksi penyakit itu pada semua anak-anak.
“Anak-anak memiliki lebih sedikit bakteri dan penyakit mereka berbeda dari orang dewasa. Kehadirannya berbeda," ujar Beccera.
Pada anak-anak, ujar Beccera, bakteri TB seringkali tidak hanya menetap di paru-paru, tapi kerap menyebar di bagian-bagian lain di tubuh, termasuk otak dan sumsum tulang belakang.
Karena anak-anak biasanya tertular orang dewasa, Beccera mengatakan banyak kasus TB dapat dicegah dengan pemeriksaan menyeluruh dari mereka yang terkena kontak dengan pasien, termasuk anak-anak. Jika tidak, kegagalan untuk memeriksa anak-anak merupakan peluang yang hilang untuk merawat dan mencegah tuberkulosis.
Beccera mengatakan sebagian besar kasus TB terjadi di China, Rusia dan India, namun anak-anak yang terinfeksi TB terdapat di mana saja jika ada orang dewasa yang terkena penyakit tersebut.