Kerusuhan di Abyei baru-baru ini, yang menelan korban jiwa, ada dalam benak semua orang selama pembicaraan lima hari mengenai hal-hal yang terlalu rumit atau terlalu sensitif untuk diatasi sebelum referendum kemerdekaan Sudan Selatan.
Tetapi, isu Abyei dianggap terlalu peka bahkan untuk pembicaraan pada tingkat yang sudah tinggi ini. Organisasi kemanusiaan Doctors Without Borders (Dokter Tanpa Batas) mengatakan puluhan ribu orang telah mengungsi dari Abyei dalam minggu terakhir ini setelah pertempuran menewaskan sedikitnya 70 orang.
Ketua panel mediasi Uni Afrika untuk Sudan, mantan Presiden Afrika Selatan Thabo Mbeki, mengatakan kepekaan masalah Abyei mengharuskan isu itu dibahas pada tingkat paling tinggi. "Dalam kurang lebih 10 hari, kami akan bertemu Presiden Bashir dan wakil pertama presiden Salva Kiir, Presiden Pemerintah Sudan Selatan guna membahas Abyei. Terakhir kali panel ini bertemu mereka untuk membahas masalah ini, mereka setuju untuk berusaha menyelesaikannya menjelang akhir Maret. Tetapi, bahkan kekerasan yang berkobar sekarang menekankan bahwa isu ini harus diselesaikan," ujarnya.
Para pengamat melaporkan suasana yang harmonis pada sesi pembukaan mengenai isu-isu mulai dari pembagian pendapatan minyak untuk membayar utang luar negeri 38 miliar dolar, hingga pembentukan mata uang Sudan Selatan. Kedua pihak sepakat untuk mengajukan permohonan bantuan utang bersama dalam pertemuan Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional mendatang.
Komisi lain yang menangani garis batas wilayah dilaporkan sepakat mengenai 80 persen perbatasan, meskipun 20 persen sisanya adalah yang paling sulit. Mbeki yakin semua isu lain bisa selesai menjelang kemerdekaan pada tanggal 9 Juli.
Kesepakatan Perdamaian Komprehensif (CPA) tahun 2005, yang mengakhiri perang selama lebih dari dua dasawarsa di Sudan, menyebut status Abyei akan diselesaikan oleh referendum. Jajak pendapat semula akan diadakan bersamaan dengan referendum kemerdekaan, tapi dibatalkan, antara lain karena perselisihan tentang siapa yang akan berhak memilih.
