Sampah yang sampai ke laut menjadi persoalan serius Kota Surabaya, karena menjadi salah satu penyebab kerusakan ekosistem pesisir yang berpengaruh terhadap pertumbuhan mangrove dan ikan.
Puluhan anak muda dari berbagai kelompok pecinta lingkungan memunguti sampah plastik di antara akar dan batang tanaman mangrove, di muara sungai Wonorejo, pesisir timur Surabaya. Sampah plastik itu terdampar di sana setelah terbawa gelombang laut pasang atau aliran sungai.
Vero, mahasiswi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya mengatakan, banyaknya sampah yang berhasil dikumpulkan dari akar tanaman mangrove merupakan bukti masih banyak masyarakat yang membuang sampah secara sembarangan.
“Prihatin sih sebenarnya, soalnya itu secara tidak langsung kesalahan kita kan yang buang sampah sembarangan, entah itu di Kali (sungai) yang kemudian mengalir ke laut. Harusnya sih kayak kita sebagai komunitas lingkungan itu kita saling bareng-bareng, jadi kalau kita kerjanya banyak kan lebih banyak sampah yang kita ambil,” kata Vero.
Yunita Sari dari Komunitas Kantong Sampah mengatakan, pola pikir masyarakat yang masih sering membuang sampah ke sungai harus diubah, bila tidak ingin persoalan sampah meluas sampai ke laut.
“Sampah disini itu memang sebenarnya ada beberapa orang yang memang pola pikirnya harus diubah, soalnya kenapa sampah ini sampai ke muara itu karena kegiatan mereka membuang sampah sembarangan di sungai, itu salah satunya kan dampaknya sampai ke muara itu tadi. Jadi sampah sendiri itu adalah tanggungjawab kami sendiri agar tidak membuang sampah sembarangan. Efeknya dari sampah yang ke darat dengan kita membuang sampah sembarangan di sungai salah satunya, nah itu efeknya juga ke muara,” kata Yunita Sari.
Persoalan sampah masih menjadi masalah utama kota-kota besar seperti Surabaya, seiring pertumbuhan penduduk yang terus meningkat, serta konsumsi masyarakat yang juga tinggi.
Koordinator Komunitas Nol Sampah, Hermawan Some mengatakan, perlu partisipasi masyarakat bersama pemerintah daerah untuk mengatasi masalah sampah, apalagi mengingatdana penanghulangan sampah masih belum maksimal di setiap daerah.
“Yang sering jadi kendala adalah pembiayaan, seringkali daerah bilang saya peduli sampah, tapi ternyata di APDB mereka sangat tidak ada (kecil), padahal untuk membiayai sampah kan sangat mahal, butuh biaya. Yang paling penting terakhir adalah partisipasi masyarakat, nah itu yang mungkin penting dilakukan, jadi sekarang harus didorong partisipasi masyarakat sehingga beban pemerintah berkurang, beban kita semua berkurang,” kata Hermawan Some.
Setiap harinya Kota Surabaya menghasilkan sampah hingga 1.500 ton, yang sebagian besar masih dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA) sampah di Benowo, Surabaya barat. Upaya pengurangan sampah yang masuk ke TPA Benowo terus dilakukan, melalui pengolahan sampah di rumah atau lingkungan tempat tinggal.
Sekretaris Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau Kota Surabaya, Aditya Wasita mengatakan, upaya mengurangi sampah ke laut juga dilakukan memasang alat perangkap sampah di setiap rumah pompa sungai yang ada di Surabaya.
“Kalau di Surabaya (sampah) cukup berkurang, karena kita kan rata-rata sungainya ada rumah pompa, ini sudah tertahan banyak sekali, tapi mungkin daerah lain sungainya belum ada seperti itu Nah kita untuk sungai-sungai yang lain juga kita bikin perangkap sampah sehingga ini sangat mengurangi sampah ke laut. Dan memang yang perlu diwaspadai adalah sampah-sampah yang ikut arus laut, akhirnya masuk ke Surabaya,” kata Aditya Wasita.
Hermawan Somee menambahkan, upaya mengurangi sampah dapat dilakukan dengan mengubah perilaku masyarakat, seperti mengurangi pemakaian kantong plastik saat belanja, hingga meminimalisir sampah yang dihasilkan dari halaman rumah sendiri.
“Mengubah perilakunya sehingga semakin sedikit menghasilkan sampah, misalnya bawa tas belanja sendiri, bawa tempat makan sendiri, bawa tempat minum sendiri, kemudian yang paling penting acara misalnya prasmanan dan segalanya, itu kalau diterapkan bisa mengurangi sampah yang dihasilkan sehingga otomatis akan mengurangi biaya-biaya, pengeluaran untuk pengolahan sampah,” jelas Hermawan Some. [pr/ab]