Pemerintah Suriah memulai program amnesti satu minggu hari ini bagi warga yang menjual atau memiliki senjata.
Kementerian Dalam Negeri Suriah mengumumkan program amnesti ini, Jumat (4/11). Pada hari yang sama, para aktivis mengatakan pasukan keamanan menewaskan paling sedikit 19 orang demonstran anti-pemerintah yang mengadakan rapat umum di seluruh negara tersebut.
Pemerintah Suriah mengatakan berdasarkan amnesti ini, warga yang tidak melakukan pembunuhan akan dibebaskan segera setelah mereka menyerahkan diri kepada polisi dan menyerahkan senjata mereka.
Namun, Juru Bicara Departemen Luar Negeri Amerika Victoria Nuland menganjurkan kepada warga Suriah agar tidak menuruti seruan tersebut ataupun menyerahkan diri mereka kepada pihak berwenang. Dalam jumpa pers, Jumat, Nuland juga mempertanyakan janji pemerintah Suriah kepada rencana Liga Arab yang diperantarai, Rabu, yang mengharuskan penghentian kekerasan dan pembicaraan antara pemerintah dan oposisi.
Perancis juga menyatakan rasa skeptisnya mengenai janji Suriah untuk berdamai. Seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri mengatakan pada hari yang sama, penindasan terus-menerus oleh pemerintah Suriah hanya akan memperkuat keraguan masyarakat internasional mengenai kesungguhan Damaskus untuk melaksanakan rencana perdamaian tersebut.
Para aktivis mengatakan sebagian besar korban jiwa akibat protes hari Jumat, jatuh di daerah Damaskus dan di daerah Homs. Mereka mengatakan pasukan Suriah dengan tank-tank mereka memasuki kembali Homs di hari Jumat dan melepaskan tembakan yang kemudian membunuh paling sedikitnya tiga orang di kota itu.