Survei tersebut menemukan, dari 1253 responden di Jawa Barat, 500 lebih menyatakan bahan pangan sebagai kebutuhan paling mendesak.
Bahan pangan yang dimaksud meliputi sembilan bahan pokok; makanan, suplemen, dan obat-bayi-balita, serta perlengkapan bayi dan balita.
“Survei ini mengkonfirmasi bahwa pandemi COVID-19 telah menyebabkan naiknya bahan pangan dan meningkatkan kesulitan akses atas beberapa komoditi pokok bagi golongan buruh dan pelaku usaha kecil,” tulis laporan tersebut.
Bahan pangan yang paling sulit diperoleh adalah gula, disusul beras, telur, minyak goreng, dan daging.
Ibu dan Anak Butuh Perhatian Khusus
Survei dari 26 Maret sampai 1 April ini juga mengungkap kebutuhan khusus ibu hamil, bayi, dan balita.
Anggota Tim Riset LBH Bandung, Fuad Abdulgani, mengatakan pemerintah perlu menjamin kebutuhan bayi terutama susu, sebab banyak responden yang mengeluh kesulitan mendapatkan susu.
“Ada orangtua cerita ke saya, orangtua bisa bertahan dengan mie instan, tapi bingung untuk beli susu buat anaknya,” jelas Fuad saat peluncuran laporan, Jumat (10/4).
Karena itu, pihaknya meminta berbagai kebutuhan bayi dan balita disediakan secara gratis.
Akses Kesehatan dan Bantuan Uang Tetap Dibutuhkan
Laporan ini mengungkap, akses kesehatan ada pada posisi kedua dengan 400 lebih orang, disusul bantuan finansial dengan 300 orang.
Anggota Tim Riset LBH Bandung, Wisnu Prima, menjelaskan, kebutuhan terkait kesehatan meliputi akses terhadap pelayanan, alat kesehatan, dan obat-obatan. Itu termasuk masker, cairan penyanitasi tangan (hand sanitizers), suplemen, sanitasi lingkungan, dan pelayanan kesehatan ibu hamil.
Sedangkan bantuan finansial dibutuhkan masyarakat untuk pelunasan kredit mikro, kredit kendaraan, dan kredit rumah/kontrakan.
Bantuan uang juga dibutuhkan karena banyak yang pendapatannya berkurang (42%), berhenti/diberhentikan sementara (27,5%), bahkan kehilangan usaha/pekerjaan (23,9%).
“Hampir separuhnya, yakni 45,9% responden tidak lagi bekerja, sementara separuh lainnya 54,1% masih bekerja semenjak pandemi COVID-19 meluas,” ujar Wisnu lagi.
Wisnu mengatakan wabah COVID-19 telah berdampak terutama pada kelompok buruh, pegawai, dan pelaku usaha mandiri.
“Selain mereka berkurang hasil pendapatannya, itu menunjukkan bahwa ada daya beli yang turun,” jelasnya lagi.
Terkait penyaluran bantuan, anggota Tim Riset Harold Aron mendorong pemerintah memanfaatkan warung sayur-mayur dan pasar. Sebab, ujar Harold, dua unit distribusi ini relevan dengan kelompok rentan.
“Hanya sebagian kecil memilih pasar swalayan (supermarket, minimarket) (16,8%), pedagang sayur keliling (11,6%), dan online shopping (1,7%) sebagai tempat membeli kebutuhan pangan mereka,” ujar Harold. [rt/ka]