Latihan militer utama Taiwan tahun ini akan memanfaatkan pengalaman perang di Ukraina, berfokus pada perang asimetris dan kognitif serta penggunaan pasukan cadangan sewaktu berlatih dalam melawan serangan China, kata seorang pejabat tinggi pada Rabu (27/4).
Taiwan, yang diklaim China sebagai teritorinya, telah meningkatkan level kesiagaannya sejak Rusia menyerang Ukraina, waspada kalau Beijing mungkin melakukan langkah serupa terhadap pulau itu, meskipun dilaporkan tidak ada tanda-tanda hal tersebut akan terjadi.
Pelajaran yang diambil dari perang tersebut telah diperdebatkan secara luas di Taiwan, dan didiskusikan dengan AS, kata menteri pertahanan Taiwan.
Lin Wen-huang, kepala departemen operasi gabungan di Departemen Pertahanan Taiwan mengatakan, latihan Han Kuang tahun ini, yang mensimulasikan invasi China dan merupakan latihan perang tahunan terbesar Taiwan, akan “menarik pengalaman” dari perang Ukraina.
“Tentu saja, kami akan terus mencermati perang Rusia-Ukraina dan pergerakan militer Komunis China, serta akan melakukan latihan,” katanya kepada wartawan. “Dengan mempertimbangkan pelajaran dari perang Rusia-Ukraina, militer akan terus berlatih untuk meningkatkan penggunaan perang asimetris, perang kognitif, operasi perang informasi dan elektronik, dan serta penggunaan pasukan cadangan dan kekuatan penuh bangsa.”
Rusia mengirim puluhan ribu tentara ke Ukraina pada 24 Februari dalam apa yang disebutnya sebagai “operasi khusus” untuk mengurangi kemampuan militer Ukraina dan menyingkirkan apa yang disebutnya nasionalis yang berbahaya. Pasukan Ukraina telah melakukan perlawanan keras dan Barat telah memberlakukan sanksi besar-besaran terhadap Rusia dalam upaya memaksanya menarik pasukannya.
Taiwan telah melakukan pembaruan pada pasukan cadangannya agar dapat lebih efektif dalam pertempuran, tugas yang semakin mendesak karena adanya perang Ukraina.
Perang kognitif mengacu pada bagaimana informasi dapat mempengaruhi moral, sesuatu yang menurut Taiwan dihadapinya dari China. Sementara itu perang asimetris adalah perang yang mengerahkan senjata sangat mobil yang kadang-kadang berteknologi rendah yang sulit dihancurkan dan dapat melakukan serangan yang sangat jitu.
AS, pemasok senjata dan pendukung internasional terpenting Taipei, juga telah melihat dampak strategis perang Ukraina bagi Taiwan, dan sedang mempertimbangkan bagaimana pulau itu harus mempersiapkan diri dari invasi China.
China mengesampingkan perbandingan antara Ukraina dan Taiwan, dengan menyatakan Taiwan adalah bagian dari China dan bukan negara independen.
China telah meningkatkan tekanan militernya terhadap Taiwan selama sekitar dua tahun ini.
Taiwan menolak klaim kedaulatan China dan menyatakan hanya rakyat pulau itu sendirilah yang dapat menentukan masa depan mereka. [uh/ab]