Laman resmi Taliban telah menerbitkan artikel yang mengkritik proyek seni yang membagikan 10.000 balon berwarna merah muda secara cuma-cuma di Kabul, dengan mengatakan bahwa acara itu mendorong perilaku tidak Islami.
Dengan judul “Apakah Itu Pertunjukan Balon atau Rok Mini?”, artikel itu mengatakan bahwa karya seni konseptual itu adalah strategi untuk mempromosikan nilai-nilai Barat di antara anak-anak muda Afghanistan yang secara sukarela membagikan balon-balon tersebut.
“Pihak Barat menggunakan teknik-teknik berbeda untuk mempromosikan budaya mereka di Afghanistan, terkadang dengan cara menyamar,” tulis Qari Habib, yang menulis dalam bahasa Pashto di laman tersebut Minggu (26/5).
“Beberapa perempuan muncul tanpa kerudung, memakai celana jins dan kaus ketat, dan bahkan rok mini di jalan-jalan. Para pemuda juga memakai pakaian gaya Barat. Setelah membagikan balon, mereka berkeliaran sekitar Kabul untuk mematahkan budaya hijab,” tulisnya.
Pada Sabtu pagi, hari pertama bekerja untuk masyarakat Afghan, 100 tenaga sukarela membagikan balon-balon “perdamaian” berwarna merah muda menyala kepada pekerja, keluarga dan orang-orang yang sedang berbelanja.
Pengelola acara tersebut, Yazmany Arboleda, seorang seniman berusia 31 tahun dari New York, mengatakan bahwa proyek itu dirancang untuk menyoroti kreativitas anak-anak muda Afghan dan rasa kegembiraan di sebuah kota yang menderita karena perang selama puluhan tahun.
Diberi nama “Kami Percaya Balon”, proyek itu didanai individu dan kelompok di seluruh dunia yang mensponsori tiap balon sebesar US$1.
“Barat ingin menyelundupkan budaya mereka lewat program ini,” tulis Habib dalam laman Voice of Jihad.
“Jelas bahwa tujuan utamanya adalah mematahkan budaya menutup aurat bagi perempuan. Perang atas nilai-nilai agama kami, kesederhanaan dan hijab sedang berlangsung dengan nama-nama berbeda seperti ski perempuan, gulat, pergelaran mode dan balon.”
Ancaman pemberontakan di Kabul sendiri masih terus berlangsung. Pada saat balon sedang dibagikan, seorang pengebom bunuh diri di kota itu saat ia menyiapkan bahan peledak. (AFP).
Dengan judul “Apakah Itu Pertunjukan Balon atau Rok Mini?”, artikel itu mengatakan bahwa karya seni konseptual itu adalah strategi untuk mempromosikan nilai-nilai Barat di antara anak-anak muda Afghanistan yang secara sukarela membagikan balon-balon tersebut.
“Pihak Barat menggunakan teknik-teknik berbeda untuk mempromosikan budaya mereka di Afghanistan, terkadang dengan cara menyamar,” tulis Qari Habib, yang menulis dalam bahasa Pashto di laman tersebut Minggu (26/5).
“Beberapa perempuan muncul tanpa kerudung, memakai celana jins dan kaus ketat, dan bahkan rok mini di jalan-jalan. Para pemuda juga memakai pakaian gaya Barat. Setelah membagikan balon, mereka berkeliaran sekitar Kabul untuk mematahkan budaya hijab,” tulisnya.
Pada Sabtu pagi, hari pertama bekerja untuk masyarakat Afghan, 100 tenaga sukarela membagikan balon-balon “perdamaian” berwarna merah muda menyala kepada pekerja, keluarga dan orang-orang yang sedang berbelanja.
Pengelola acara tersebut, Yazmany Arboleda, seorang seniman berusia 31 tahun dari New York, mengatakan bahwa proyek itu dirancang untuk menyoroti kreativitas anak-anak muda Afghan dan rasa kegembiraan di sebuah kota yang menderita karena perang selama puluhan tahun.
Diberi nama “Kami Percaya Balon”, proyek itu didanai individu dan kelompok di seluruh dunia yang mensponsori tiap balon sebesar US$1.
“Barat ingin menyelundupkan budaya mereka lewat program ini,” tulis Habib dalam laman Voice of Jihad.
“Jelas bahwa tujuan utamanya adalah mematahkan budaya menutup aurat bagi perempuan. Perang atas nilai-nilai agama kami, kesederhanaan dan hijab sedang berlangsung dengan nama-nama berbeda seperti ski perempuan, gulat, pergelaran mode dan balon.”
Ancaman pemberontakan di Kabul sendiri masih terus berlangsung. Pada saat balon sedang dibagikan, seorang pengebom bunuh diri di kota itu saat ia menyiapkan bahan peledak. (AFP).