Taliban, Kamis (21/10) menyerang beberapa wartawan untuk mencegah liputan media tentang protes hak-hak perempuan di Kabul, ibu kota Afghanistan.
Sekitar 20 perempuan berbaris dari dekat kementerian pendidikan ke kementerian keuangan. Memakai jilbab warna-warni, mereka meneriakkan slogan-slogan termasuk: "Jangan politisasi Pendidikan." Para perempuan itu memegang plakat bertuliskan: "Kami tidak memiliki hak untuk belajar dan bekerja", dan" "Pengangguran, kemiskinan, kelaparan", sambil berjalan dengan tangan di udara.
Wartawan kantor berita AFP melihat pihak berwenang Taliban mengizinkan perempuan-perempuan itu berjalan bebas selama sekitar satu setengah jam. Namun, seorang jurnalis asing dipukul dengan gagang senapan oleh seorang pejuang Taliban, yang melontarkan sumpah serapah dan menendang bagian belakang fotografer itu sementara yang lain meninjunya.
Setidaknya dua wartawan lagi dipukul ketika lari menjauh, dikejar pejuang Taliban yang mengayunkan tinju dan melancarkan tendangan.
Zahra Mohammadi, penyelenggara protes, mengatakan kepada AFP bahwa wanita-wanita itu berbaris meskipun menghadapi risiko. "Sekolah harus dibuka lagi untuk anak perempuan. Tetapi Taliban mengambil hak ini dari kami."
Sudah lebih dari sebulan siswi sekolah menengah dilarang bersekolah, sementara banyak wanita dilarang kembali bekerja sejak Taliban merebut kekuasaan pada pertengahan Agustus.
Sebagian pejuang Taliban yang menjaga pawai itu memakai perlengkapan tempur, termasuk pelindung tubuh, helm dan pelindung lutut. Sebagian lain mengenakan pakaian tradisional Afghanistan. Senjata mereka termasuk senapan serbu M16 dan AK-47 buatan Amerika. [ka/ab]