Amerika Serikat (AS) tidak akan mencapai target produksi peluru artileri 155 milimeter kecuali Kongres meloloskan rancangan undang-undang pendanaan tambahan yang saat ini terhenti di Dewan Perwakilan Rakyat AS, kata para pejabat kepada VOA.
Tak lama setelah invasi Rusia ke Ukraina pada 2022, pasukan Ukraina mulai menghabiskan persediaan amunisi peluru kaliber 155 mm milik AS yang digunakan dalam sistem howitzer, yang diberikan AS kepada Kyiv untuk membantu mempertahankan wilayah dan rakyatnya.
Untuk segera mengisi kembali stok peluru AS dan memenuhi permintaan peluru di Ukraina, Pentagon berencana untuk memperluas kapasitas produksi AS dari sekitar 14.000 unit per bulan sebelum invasi Rusia, menjadi 100.000 peluru per bulan pada 2025.
“Tanpa dana tambahan tambahan, kami tidak bisa mencapai tujuan kami,” kata seorang pejabat Departemen Pertahanan AS kepada VOA.
Berencana untuk meningkatkan produksi
AS saat ini memproduksi sekitar 28.000 peluru kaliber 155 mm per bulan, dan berencana meningkatkan produksi peluru bulanan menjadi 70.000-80.000 peluru per bulan pada akhir 2024, kata juru bicara Pentagon, Jeff Jurgensen, kepada VOA.
Namun produksi amunisi dengan kaliber 155 mm hanya akan mencapai puncaknya kecuali tersedia dana tambahan. Seorang pejabat pertahanan mengatakan kepada VOA bahwa hal itu tidak hanya akan menghambat aliran bantuan ke Ukraina, tetapi juga akan berdampak pada kemampuan AS untuk mengisi kembali persediaannya.
Duel artileri
AS dan sekutunya telah mengirimkan lebih dari 2 juta butir amunisi artileri 155 mm ke Ukraina untuk membantu Kyiv menghalau pasukan Rusia.
Para analis dan mantan pejabat mengatakan sistem howitzer merupakan salah satu senjata paling efektif yang diberikan kepada Ukraina. Perang ini sebagian besar berubah menjadi duel artileri antara Ukraina dan Rusia, dengan kedua belah pihak menembakkan puluhan ribu peluru setiap minggunya.
Angkatan Darat AS mengatakan pihaknya memerlukan Kongres untuk menyetujui dana tambahan khusus sekitar $3 miliar untuk memperluas produksi peluru artileri 155 mm guna segera menggantikan stok yang habis akibat pengiriman ke Ukraina dan Israel.
AS mulai mengirimkan peluru artileri ke Israel setelah serangan mematikan Hamas pada 7 Oktober. Israel telah bertekad untuk menyingkirkan Hamas dari Jalur Gaza sebagai respons atas serangan tersebut dan melancarkan operasi ke Gaza yang telah menewaskan puluhan ribu orang. [ft/ah]