BANDUNG —
Kasus penyakit tuberkulosis atau TB di Indonesia dari tahun ke tahun semakin meningkat jumlahnya. Bakteri TB yang semakin bermutasi dan kebal atau resisten terhadap obat-obatan, semakin menantang para pelaku medis di Indonesia, untuk memberantas penyakit penyebab kematian nomor dua di Indonesia ini. Teknologi medis yang canggih pun sangat dibutuhkan dalam pemberantasan penyakit ini.
Di Provinsi Jawa Barat, ada sebuah laboratorium rujukan TB nasional, yaitu Balai Laboratorium Kesehatan atau BLK yang memiliki peralatan berteknologi canggih untuk meneliti tentang bakteri TB, yang merupakan hibah dari rakyat Amerika Serikat.
BLK Provinsi Jawa Barat adalah salah satu laboratorium rujukan TB nasional. BLK merupakan laboratorium dengan akreditasi internasional yang memiliki peran yang sangat penting dalam menjamin kualitas pelayanan diagnosis TB di seluruh Indonesia.
Direktur BLK Provinsi Jawa Barat, Andryani, mengatakan, BLK Provinsi Jawa Barat dijadikan laboratorium rujukan nasional karena pemberantasan penyakit TB salah satunya difokuskan di daerah tersebut. Selain itu, BLK juga memiliki sertifikasi internasional untuk melakukan penelitian dalam bidang TBC, seperti pemeriksaan mikroskopis, kultur, dan uji kepekaan.
“Untuk di indonesia itu Jawa Barat yang paling tinggi (jumlah kasus TB). Sehingga difokuskan pemberantasan itu salah satunya juga di Jawa Barat. BLK ini ditunjuk sebagai laboratorium rujukan nasional salah satunya juga alasannya itu. Di samping itu juga kita sudah mampu untuk melakukan pemeriksaan di bidang TBC, baik itu pemeriksaan mikroskopis, kultur, dan pemeriksaan uji kepekaan,” ujarnya baru-baru ini.
Andryani menambahkan, biaya yang dibutuhkan untuk penyediaan fasilitas di laboratorium penelitian TB sangat besar. Selain alat-alat penelitian yang memadai dan canggih, BLK pun membutuhkan pemantapan mutu eksternal, agar standar pemeriksaan di seluruh pusat pelayanan kesehatan di Indonesia sama dan terkontrol mutunya. Oleh karena itu, pihaknya menerima bantuan dari Amerika Serikat melalui lembaga nirlaba USAID.
Bantuan yang diberikan tidak hanya berupa alat-alat penelitian berteknologi canggih dari Amerika Serikat, namun juga program penelitian dan konsultan. Salah satu alat penelitian yang canggih tersebut yaitu GeneXpert. Alat ini memiliki teknologi untuk mendiagnosis TB secara akurat. Waktu yang dibutuhkan oleh alat ini untuk mendiagnosis pun sangat singkat, yaitu dua jam saja.
“Ada bantuan lagi satu alat yang termasuk canggih, alatnya namanya GeneXpert. Dengan dibantu alat ini lebih cepat deteksinya. Yang tadinya perlu di kultur, pemeriksaan di lab kurang lebih tiga bulan, ini dalam dua jam bisa tahu. Kan sekarang ini TB semakin canggih juga kumannya, sehingga banyak yang resisten (terhadap obat),” ujar Andryani.
Sementara itu, dalam kunjungannya ke kota Bandung beberapa waktu lalu, Atase Pers Kedutaan Besar Amerika Serikat di Indonesia, Troy Pederson mengatakan, penyediaan alat penelitian di BLK Provinsi Jawa Barat ini merupakan salah satu bentuk kemitraan antara Amerika Serikat dengan Indonesia di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi untuk meningkatkan kualitas hidup warga Indonesia.
“Ini mesin berteknologi tinggi yang dapat mendiagnosa tuberkulosis dalam dua jam, bukannya beberapa hari. Jadi kasus-kasus tuberkulosis dapat diidentifikasi lebih cepat, dan pengobatan dapat dimulai segera. Kami berupaya bekerja keras dengan pemerintah Indonesia untuk mengurangi kasus tuberkulosis,” ujarnya.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, setiap tahunnya Indonesia menghadapi tambahan 450 ribu kasus TB baru. Dari jumlah tersebut, 65 ribu di antaranya meninggal dunia. Bahkan, TB digolongkan dalam 10 penyakit pembunuh tertinggi di Indonesia. Hal ini menempatkan Indonesia sebagai negara dengan kasus TB nomor empat di dunia setelah India, China, dan Afrika Selatan. Di Indonesia, TB merupakan penyebab kematian nomor dua setelah stroke.
Di Provinsi Jawa Barat, ada sebuah laboratorium rujukan TB nasional, yaitu Balai Laboratorium Kesehatan atau BLK yang memiliki peralatan berteknologi canggih untuk meneliti tentang bakteri TB, yang merupakan hibah dari rakyat Amerika Serikat.
BLK Provinsi Jawa Barat adalah salah satu laboratorium rujukan TB nasional. BLK merupakan laboratorium dengan akreditasi internasional yang memiliki peran yang sangat penting dalam menjamin kualitas pelayanan diagnosis TB di seluruh Indonesia.
Direktur BLK Provinsi Jawa Barat, Andryani, mengatakan, BLK Provinsi Jawa Barat dijadikan laboratorium rujukan nasional karena pemberantasan penyakit TB salah satunya difokuskan di daerah tersebut. Selain itu, BLK juga memiliki sertifikasi internasional untuk melakukan penelitian dalam bidang TBC, seperti pemeriksaan mikroskopis, kultur, dan uji kepekaan.
“Untuk di indonesia itu Jawa Barat yang paling tinggi (jumlah kasus TB). Sehingga difokuskan pemberantasan itu salah satunya juga di Jawa Barat. BLK ini ditunjuk sebagai laboratorium rujukan nasional salah satunya juga alasannya itu. Di samping itu juga kita sudah mampu untuk melakukan pemeriksaan di bidang TBC, baik itu pemeriksaan mikroskopis, kultur, dan pemeriksaan uji kepekaan,” ujarnya baru-baru ini.
Andryani menambahkan, biaya yang dibutuhkan untuk penyediaan fasilitas di laboratorium penelitian TB sangat besar. Selain alat-alat penelitian yang memadai dan canggih, BLK pun membutuhkan pemantapan mutu eksternal, agar standar pemeriksaan di seluruh pusat pelayanan kesehatan di Indonesia sama dan terkontrol mutunya. Oleh karena itu, pihaknya menerima bantuan dari Amerika Serikat melalui lembaga nirlaba USAID.
Bantuan yang diberikan tidak hanya berupa alat-alat penelitian berteknologi canggih dari Amerika Serikat, namun juga program penelitian dan konsultan. Salah satu alat penelitian yang canggih tersebut yaitu GeneXpert. Alat ini memiliki teknologi untuk mendiagnosis TB secara akurat. Waktu yang dibutuhkan oleh alat ini untuk mendiagnosis pun sangat singkat, yaitu dua jam saja.
“Ada bantuan lagi satu alat yang termasuk canggih, alatnya namanya GeneXpert. Dengan dibantu alat ini lebih cepat deteksinya. Yang tadinya perlu di kultur, pemeriksaan di lab kurang lebih tiga bulan, ini dalam dua jam bisa tahu. Kan sekarang ini TB semakin canggih juga kumannya, sehingga banyak yang resisten (terhadap obat),” ujar Andryani.
Sementara itu, dalam kunjungannya ke kota Bandung beberapa waktu lalu, Atase Pers Kedutaan Besar Amerika Serikat di Indonesia, Troy Pederson mengatakan, penyediaan alat penelitian di BLK Provinsi Jawa Barat ini merupakan salah satu bentuk kemitraan antara Amerika Serikat dengan Indonesia di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi untuk meningkatkan kualitas hidup warga Indonesia.
“Ini mesin berteknologi tinggi yang dapat mendiagnosa tuberkulosis dalam dua jam, bukannya beberapa hari. Jadi kasus-kasus tuberkulosis dapat diidentifikasi lebih cepat, dan pengobatan dapat dimulai segera. Kami berupaya bekerja keras dengan pemerintah Indonesia untuk mengurangi kasus tuberkulosis,” ujarnya.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, setiap tahunnya Indonesia menghadapi tambahan 450 ribu kasus TB baru. Dari jumlah tersebut, 65 ribu di antaranya meninggal dunia. Bahkan, TB digolongkan dalam 10 penyakit pembunuh tertinggi di Indonesia. Hal ini menempatkan Indonesia sebagai negara dengan kasus TB nomor empat di dunia setelah India, China, dan Afrika Selatan. Di Indonesia, TB merupakan penyebab kematian nomor dua setelah stroke.