Pihak berwenang Thailand, Kamis (3/9), mengumumkan bahwa mereka telah menangkap tersangka ketiga dalam kasus pemboman di Bangkok bulan lalu yang menelan korban jiwa.
Untuk pertama kalinya, polisi juga mengungkapkan nama-nama para tersangka yang ditahan tersebut.
Sejumlah pejabat kepolisian mengatakan, Kamarudeng Saho, 38, ditangkap di provinsi Narathiwat, Thailand selatan. Pria yang diidentifikasi sebagai Muslim Thailand itu kini sedang menjalani interogasi militer. Ia ditahan berdasarkan Pasal 44, yang menggantikan undang-undang darurat militer dan memberi junta kekuasaan yang menyeluruh.
Dalam pengumuman yang disiarkan melalui televisi pada tengah hari, untuk pertama kalinya pihak berwenang menyebutkan nama dua orang asing yang ditangkap.
Juru bicara militer, Kolonel Angkatan Darat Winthai Suvaree, mengatakan, nama kedua orang asing itu adalah Adem Karadak dan Yusufu Meerailee. Namun, ia tidak mengungkapkan kewarganegaraan orang-orang tersebut.
Ia juga mengatakan, semua surat penangkapan dikeluarkan sesuai dengan prinsip-prinsip penyelidikan internasional.
Sejak insiden pemboman 17 Agustus lalu, pihak berwenang telah mengeluarkan surat penangkapan bagi delapan tersangka, termasuk seorang perempuan Thailand dan empat pria asing. Hanya satu dari keempat pria itu yang secara khusus diidentifikasi berkewarganegaraan Turki.
Sebelumnya, junta militer mengumumkan semua tempat yang menampung tamu asing harus melapor ke pihak berwenang dalam waktu 24 jam sejak kedatangan para tamu itu. Ini termasuk pemilik rumah, hotel, apartemen dan fasilitas-fasilitas lain yang memberikan layanan tinggal bagi orang asing.
Pada siaran yang sama dan ditayangkan secara nasional itu melalui saluran televisi Militer Kerajaan Thailand, pembaca berita Letnan Dua Pareya Netrawichien mengumumkan, junta mengingatkan semua pihak untuk tidak menyebarkan informasi yang menyesatkan yang bisa menimbulkan kebingungan di kalangan masyarakat.
“Para petugas dalam penyelidikan ini adalah personel dan pakar yang andal, yang berusaha sebaik mungkin menyelesaikan kasus ini. Para pejabat kepolisian akan menyelidiki lebih jauh untuk menganalisa dan mengungkap motif dan jaringan pelaku kejahatan ini," ujarnya.
Media Thailand untuk pertama kalinya secara terbuka mengungkapkan kemungkinan adanya kaitan antara pemboman itu dengan deportasi yang dilakukan Thailand Juli lalu terhadap lebih dari 100 orang Uighur ke China.
Menyusul pemulangan paksa itu, demonstrasi dengan kekerasan berlangsung di Istanbul, Turki, yang menarget kantor-kantor perwakilan Thailand dan China di sana.
Junta militer Thailand, yang menguasai negara sejak kudeta tahun lalu, terus menolak menyebut pemboman itu sebagai terorisme internasional. Mereka menyebut aksi pemboman maut itu sebagai “Insiden Ratchaprasong," sesuai nama persimpangan yang padat di pusat kota Bangkok tempat kuil Hindu berada.
Pemboman kuil Erawan itu menewaskan 20 orang dan melukai lebih dari 120 orang lainnya, kebanyakan turis Asia.