BANGKOK —
Para demonstran di Thailand telah menjadi contoh terbaru mereka yang menggunakan topeng Guy Fawkes dalam demokrasi anti-pemerintah.
Dipopulerkan oleh film Hollywood V for Vendetta (2005), topeng itu telah digunakan dalam demonstrasi di seluruh dunia dalam perlawanan terhadap dugaan penyalahgunaan kekuasaan.
Ratusan demonstran berbaris melewati distrik pertokoan Bangkok, Minggu (4/6). Mereka membawa spanduk dan poster sambil meneriakkan slogan-slogan anti pemerintahan Perdana Menteri Yingluck Shinawatra dan abangnya, mantan perdana menteri Thaksin Shinawatra.
Protes melawan pemerintah bukan hal yang baru di Thailand, di mana para pengkritik menuduh perdana menteri sekarang merupakan boneka kakaknya. Dan untuk standar Thailand dalam beberapa tahun terakhir, skala demonstrasi kali ini cukup kecil.
Namun untuk pertama kalinya, para demonstran anti-pemerintah menggunakan simbol protes yang telah digunakan secara internasional, yaitu topeng putih Guy Fawkes.
Fawkes adalah konspirator Inggris yang ditahan pada 1605 karena rencana peledakan gedung parlemen, pembunuhan raja dan penggantian raja dengan seseorang yang beragama Katolik.
Topeng bergaya dramatis seperti opera itu dipopulerkan oleh film V for Vendetta, dengan alis hitam, janggut lancip, pipi merah dan senyuman.
Seorang demonstran bernama Wara Naranong mengatakan bahwa patung-patung itu menunjukkan persatuan damai melawan Thaksin Shinawatra dan para pendukungnya, dikenal sebagai Red Shirt (Kaos Merah) berdasarkan warna baju yang mereka pakai.
"Ia meminta semua orang, Red Shirts, untuk membakar negara kita. Ia, mereka, tidak menghormati raja," ujarnya.
Kelompok Red Shirts menduduki distrik perbelanjaan Bangkok selama dua bulan, menuntut pemilihan umum baru setelah keputusan pengadilan yang dipolitisasi menurunkan pemerintahan pro-Thaksin dari kekuasaan.
Para tentara dikirim untuk mengakhiri bentrokan dengan elemen bersenjata di antara para demonstran, menewaskan 90 orang, sebagian besar warga sipil.
Thaksin terpilih dua kali secara populer namun dikudeta oleh militer pada 2006. Ia kabur ke luar negeri untuk menghindari hukuman penjara atas tuduhan korupsi.
Para pendukung keluarga kerajaan menuduhnya tidak setia pada raja. Para pendukungnya mengatakan para kelompok elit di Bangkok khawatir dengan popularitasnya yang meningkat.
Pada Minggu, para demonstran tidak hanya memakai kaos merah, namun sejumlah demonstran juga memakai topeng Guy Fawkes yang dibuat dari kertas karton.
Demonstran Red Shirt bernama Nopporn Narnchaingtai mengatakan mereka ingin Thailand menjadi demokrasi yang sebenarnya dimana hasil pemilihan umum dihormati.
Thailand telah menghadapi 18 kudeta atau percobaan kudeta sejak menjadi monarki konstitusional pada 1932.
Sejak kudeta pada 2006, negara itu telah terbagi antara pendukung setia Thaksin Shinawatra dan lawannya, dikenal sebagai Yellow Shirts atau Kaos Kuning.
Asak-usul Topeng
Topeng Guy Fawkes dirancang oleh seniman buku komik David Lloyd untuk cerita V for Vendetta sebelum dijadikan film.
Komik itu mengisahkan seorang pahlawan yang mengambil citra Fawkes untuk melawan pemerintah fasis fiksional di masa depan.
Topeng itu pertama kali digunakan dalam protes oleh Anonymous, sebuah kelompok aktivis peretas komputer, pada 2008 melawan Gereja Scientology.
Sejak saat itu, topeng itu dipakai oleh para demonstran di Eropa, Australia, Timur Tengah dan Amerika Serikat.
Di Amerika Serikat, topeng itu menjadi simbol protes pendudukan Wall Street atau Occupy Wall Street. Topeng itu juga muncul dalam gerakan demokrasi Kebangkitan Arab atau Arab Spring.
Pada Februari, Kerajaan Bahrain melarang impor topeng tersebut, karena khawatir akan dipakai oleh para demonstran anti-pemerintah di sana.
Dipopulerkan oleh film Hollywood V for Vendetta (2005), topeng itu telah digunakan dalam demonstrasi di seluruh dunia dalam perlawanan terhadap dugaan penyalahgunaan kekuasaan.
Ratusan demonstran berbaris melewati distrik pertokoan Bangkok, Minggu (4/6). Mereka membawa spanduk dan poster sambil meneriakkan slogan-slogan anti pemerintahan Perdana Menteri Yingluck Shinawatra dan abangnya, mantan perdana menteri Thaksin Shinawatra.
Protes melawan pemerintah bukan hal yang baru di Thailand, di mana para pengkritik menuduh perdana menteri sekarang merupakan boneka kakaknya. Dan untuk standar Thailand dalam beberapa tahun terakhir, skala demonstrasi kali ini cukup kecil.
Namun untuk pertama kalinya, para demonstran anti-pemerintah menggunakan simbol protes yang telah digunakan secara internasional, yaitu topeng putih Guy Fawkes.
Fawkes adalah konspirator Inggris yang ditahan pada 1605 karena rencana peledakan gedung parlemen, pembunuhan raja dan penggantian raja dengan seseorang yang beragama Katolik.
Topeng bergaya dramatis seperti opera itu dipopulerkan oleh film V for Vendetta, dengan alis hitam, janggut lancip, pipi merah dan senyuman.
Seorang demonstran bernama Wara Naranong mengatakan bahwa patung-patung itu menunjukkan persatuan damai melawan Thaksin Shinawatra dan para pendukungnya, dikenal sebagai Red Shirt (Kaos Merah) berdasarkan warna baju yang mereka pakai.
"Ia meminta semua orang, Red Shirts, untuk membakar negara kita. Ia, mereka, tidak menghormati raja," ujarnya.
Kelompok Red Shirts menduduki distrik perbelanjaan Bangkok selama dua bulan, menuntut pemilihan umum baru setelah keputusan pengadilan yang dipolitisasi menurunkan pemerintahan pro-Thaksin dari kekuasaan.
Para tentara dikirim untuk mengakhiri bentrokan dengan elemen bersenjata di antara para demonstran, menewaskan 90 orang, sebagian besar warga sipil.
Thaksin terpilih dua kali secara populer namun dikudeta oleh militer pada 2006. Ia kabur ke luar negeri untuk menghindari hukuman penjara atas tuduhan korupsi.
Para pendukung keluarga kerajaan menuduhnya tidak setia pada raja. Para pendukungnya mengatakan para kelompok elit di Bangkok khawatir dengan popularitasnya yang meningkat.
Pada Minggu, para demonstran tidak hanya memakai kaos merah, namun sejumlah demonstran juga memakai topeng Guy Fawkes yang dibuat dari kertas karton.
Demonstran Red Shirt bernama Nopporn Narnchaingtai mengatakan mereka ingin Thailand menjadi demokrasi yang sebenarnya dimana hasil pemilihan umum dihormati.
Thailand telah menghadapi 18 kudeta atau percobaan kudeta sejak menjadi monarki konstitusional pada 1932.
Sejak kudeta pada 2006, negara itu telah terbagi antara pendukung setia Thaksin Shinawatra dan lawannya, dikenal sebagai Yellow Shirts atau Kaos Kuning.
Asak-usul Topeng
Topeng Guy Fawkes dirancang oleh seniman buku komik David Lloyd untuk cerita V for Vendetta sebelum dijadikan film.
Komik itu mengisahkan seorang pahlawan yang mengambil citra Fawkes untuk melawan pemerintah fasis fiksional di masa depan.
Topeng itu pertama kali digunakan dalam protes oleh Anonymous, sebuah kelompok aktivis peretas komputer, pada 2008 melawan Gereja Scientology.
Sejak saat itu, topeng itu dipakai oleh para demonstran di Eropa, Australia, Timur Tengah dan Amerika Serikat.
Di Amerika Serikat, topeng itu menjadi simbol protes pendudukan Wall Street atau Occupy Wall Street. Topeng itu juga muncul dalam gerakan demokrasi Kebangkitan Arab atau Arab Spring.
Pada Februari, Kerajaan Bahrain melarang impor topeng tersebut, karena khawatir akan dipakai oleh para demonstran anti-pemerintah di sana.