Ketika bertemu Khoirunnisa Nur Cahyani dua bulan lalu, Sumarno berjanji pada cucunya itu, dia akan berkunjung lagi Sabtu kemarin (22 Februari) untuk merayakan ulang tahunnya.
Karena itu, Sumarno mengiyakan saja ketika Nisa –panggilan akrab Khoirunisa –memintanya datang dari Tegal, Jawa Tengah, ke Turi, Sleman Yogyakarta.
Yang tidak dibayangkan Sumarno adalah dia datang pada Sabtu pagi ke Turi, bukan untuk merayakan ulang tahun Nisa, melainkan untuk memakamkannya.
Sehari sebelumnya, cucunya menjadi satu dari setidaknya 10 korban yang dipastikan meninggal dalam kegiatan Pramuka yang diikutinya. Tidak mengherankan jika Sumarno begitu emosional saat memberikan sambutan pelepasan jenazah Nisa pada Sabtu pagi.
“Ini khususnya kepada SMP N 1 Turi, dan umumnya kepada semuanya saja. Ini fatal. Saya membayangkan, bagaimana kalau 250 anak itu hilang semua,” ujarnya sambil terbata.
Sejumlah kerabat berusaha menenangkan pria berumur 75 tahunitu. Termasuk Dedy Sukma, ayah Nisa yang tak mampu berkata-kata.
“Saya berterimakasih kepada guru-guru yang sudah mendidikan Nisa. Mohon maaf kalau saya emosional,” tambah Sumarno.
Nisa, yang duduk di kelas 7 SMPN 1 Turi, Sleman, Yogyakarta, adalah satu dari 249 siswa sekolah itu yang mengikuti kegiatan penyusuran Sungai Sempor, yang berlokasi tidak jauh dari sekolahnya. Penyusuran sungai itu adalah bagian dari kegiatan Pramuka.
Kegiatan itu dimulai sekitar pukul 14.00, Jumat (21/2). Ketika kegiatan baru berjalan satu jam, banjir melanda Sungai Sempor dan menghanyutkan ratusan siswa. Menjelang petang Nisa dinyatakan sebagai korban meninggal, bersama 6 kawannya yang semua perempuan. Sementara 1 siswi ditemukan pada Sabtu siang, dan dua lainnya pada Minggu (23/2) pagi.
Satu Tersangka
Kepala Bidang Humas Polda DIY Kombespol Yulianto mengatakan, Sabtu (22/2) petang, polisi telah menetapkan satu pembina Pramuka SMP N 1 Turi, Sleman, sebagai tersangka. Penetapan tersangka itu setelah dilakukan gelar perkara yang dilakukan Sabtu siang, oleh tim yang dipimpin Direktur Kriminal Umum Polda DIY, Kombespol Burkan Rudy.
Polisi telah menaikkan status penyelidikan menjadi penyidikan setelah memeriksa beberapa orang yang terkait dengan kegiatan Pramuka, termasuk dari pihak Kwartir Daerah.
“Ada tujuh saksi yang diperiksa, dan saat ini, sudah ada 1 dari saksi ditetapkan menjadi tersangka, pria berinisial IYA,” ujar Yulianto.
Penetapan tersangka ini menggunakan pasal 359 dan 360 KUHP, yaitu kelalaian yang menyebabkan orang lain meninggal dunia, dan kelalaian yang menyebabkan orang lain luka-luka.
Jumlah Pendamping Minim
Sejumlah siswa yang ditemui VOA mengaku, penyusuran sungai Sempor adalah agenda rutin Pramuka sekolah itu. Tiga pekan yang lalu, kegiatan yang sama juga digelar tanpa berakhir dengan insiden.
Rameyza Widya Eliya, teman Nisa yang selamat dari tragedi itu menceritakan, air sungai masih dangkal ketika mereka mengawali kegiatan. Mereka turun dari sebuah jembatan yang membentang di atas sungai, lalu bergerak ke utara atau melawan arus. Rombongan terdepan adalah siswi perempuan dan diikuti kelompok siswa laki-laki.
“Kami turun dari Sukodono, Lembah Sempor. Langsung turun, melawan arus. Tiba-tiba saja arus sungai besar, pelan-pelan terus membesar,” kata Widya yang menangis menyaksikan pemakaman Nisa.
Begitu arus semakin besar, rombongan siswi perempuan tak mampu bertahan. Ratusan siswi itu terseret arus, terpukul batu dan ranting pohon yang ada di kanan kiri sungai. Sebagian besar dari mereka bias menyelamatkan diri dengan menaiki batu besar atau bertahan di cabang pohon. Masyarakat yang mendengar teriakan anak-anak itu kemudian turun untuk memberikan pertolongan.
Kepala SMP N 1 Turi, Tutik Nurdiana, mengaku tidak mengetahui detil kegiatan penyusuran sungai oleh anak didiknya pada Jumat (21/2).
“Jujur, saya tidak mengetahui adanya program susur sungai,” ujarnya pendek.
Dalam keterangan yang dia sampaikan di SMP N 1 Turi, Tutik mengaku baru 1,5 bulan bertugas di sekolah tersebut. Penyusuran sungai adalah program lama dan rutin dilakukan sejak dirinya belum memimpin sekolah tersebut. Tutik berulang kali menekankan bahwa para siswa sudah mengenal baik wilayah Sungai Sempor karena mereka tinggal di sekitar kawasan sungai.
Kapolda Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Irjen Pol Asep Suhendar, yang sempat menemui Tutik Nurdiana pada Sabtu pagi, menyayangkan kurangnya tenaga pendamping. Apalagi ketika itu cuaca kurang mendukung.
“Dengan tujuh orang mengawasi 250 anak tentu saja sangat kurang sekali,” ujar Asep Suhendar.
Sementara itu, Bupati Sleman, Sri Purnomo telah meminta agar seluruh kegiatan di luar ruang yang melibatkan anak-anak sekolah untuk dihentikan. Kebijakan itu belum ditetapkan batas waktunya. Pramuka tetap dapat melaksanakan kegiatan di lingkungan sekolah.
Kwarda DIY Beri Sanksi
Ketua Kwartir Daerah Pramuka DI Yogyakarta, GKR Mangkubumi menyatakan bahwa pembina Pramuka yang bertugas dalam kegiatan akan dikenai sanksi. Namun, sanksi apa yang dijatuhkan oleh Dewan Kehormatan masih menunggu hasil penyelidikan pihak kepolisian.
GKR Mangkubumi meyakinkan bahwa pembina Pramuka sudah melewati pelatihan dasar.Namun, dia sangat menyayangkan bahwa bekal pelatihan itu tidak digunakan dalam kegiatan ini, sehingga pembina tidak mampu memprediksi cuaca yang memburuk.
“Itu sudah kegiatan rutin diadakan. Cuma yang saat ini, mungkin lalai akan risiko, kemudian tidak membaca hasil rekomendasi cuaca dari BMKG. Minggu depan kita sampaikan lagi sikap kita, setelah penyidikan yang ada,” papar GKR Mangkubumi.
Dia juga meminta pembina Pramuka agar selalu berkoordinasi dengan sekolah dalam menggelar kegiatan.
Sementara itu, seluruh siswa SMP N 1 Turi diliburkan pada Sabtu. Mereka akan masuk kembali pada Senin (24/2), dan akan memperoleh pendampingan psikologis, terutama bagi siswa kelas 7 dan 8 yang selamat dari tragedi tersebut. [ns/ft]