Di tengah meningkatnya ketegangan antara AS dan China terkait penempatan sistem anti rudal AS di Korea Selatan, para pakar menyarankan agar AS kembali harus mengirim pesan yang tegas selama pertemuan puncak yang akan diselenggarakan bulan depan bahwa tindakan AS tidak dimaksudkan sebagai tindakan agresif.
Keputusan AS-Korea Selatan untuk menempatkan sistem anti rudal yang dikenal sebagai Terminal High Altitude Area Defense (THAAD) di Semenanjung Korea diambil bulan Juli, setelah Pyongyang melakukan uji coba rudal-rudalnya tahun lalu. China telah berulang kali mengecam tindakan tersebut, dengan bersikukuh bahwa radar sistem tersebut dapat mengintai wilayahnya dan mengamati militernya, dan dengan dipasangnya sistem pencegat misil, Beijing ditengarai akan melakukan tindakan balasan ekonomi terhadap Seoul.
Washington meningkatkan usaha diplomatiknya untuk menjembatani perbedaan dengan China terkait persoalan THAAD, namun kedua pihak tampaknya masih jauh dari kesepakatan.
Menlu China, Wang Yi, kembali menegaskan ketidaksetujuannya atas penempatan THAAD selama pertemuan pekan lalu di Beijing dengan Menlu AS, Rex Tillerson, ujar jurubicara Kemenlu China hari Rabu. Dan Joseph Yun, utusan khusus Deplu AS untuk kebijakan Korea Utara, mengatakan kepada rekannya dari Korea Selatan, Kim Hong-kyun, bahwa Tillerson berbicara “dengan sangat tegas” kepada pihak China untuk menekankan bahwa THAAD adalah tindakan defensif terhadap potensi perluncuran rudal Korea Utara.
“Menteri Luar Negeri mengatakan dalam sebuah pertemuan pribadi bahwa melakukan pembalasan terkait sistem pertahanan, seperti yang telah dilakukan oleh China, adalah sesuatu yang tidak diharapkan, dan sesuatu yang membuat kami semakin prihatin,” ujar diplomat AS hari Rabu. [ww]