Presiden Amerika Donald Trump hari Senin (30/7) mengeluarkan pernyataan yang paling jelas bahwa ia bersedia mengadakan pertemuan langsung dengan pemimpin Iran.
Trump, yang mengadakan wawancara pers bersama Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte, ditanya oleh seorang wartawan apakah ia bersedia bertemu dengan presiden Iran Hassan Rouhani.
“Saya percaya akan pentingnya pertemuan,” jawab Trump. “Berbicara dengan orang lain, khususnya apabila ada kemungkinan pecahnya perang, dan kematian dan kelaparan, dan berbagai hal lainnya, perlu. Tidak ada salahnya kita bertemu,” tambah Trump lagi.
Trump menyebut pertemuan puncaknya dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong-Un dan presiden Russia Vladimir Putin sebagai contoh-contoh “diplomasi langsungnya” dengan para pemimpin asing yang dianggap bermusuhan dengan kepentingan Amerika.
“Jadi, jelas saya akan bertemu dengan (pemimpin) Iran kalau mereka mau. Saya tidak tahu apakah mereka sudah siap untuk itu, karena sekarang mereka sedang mengalami kesulitan, tambah Trump. “Saya siap bertemu kapan saja mereka mau.”
Ketiak ditanya apakah ia akan mengajukan syarat-syarat yang harus dipenuhi sebelum mengadakan pertemuan seperti itu, Trump menjawab, “Tidak ada syarat-syarat. Kalau mereka mau bertemu, saya siap.”
Para analis tidak memperkirakan akan adanya pertemuan Trump-Rouhani dalam waktu dekat, karena beberapa waktu lalu Trump telah berusaha mengadakan pertemuan langsung dengan Rouhani tapi tidak berhasil.
“Saya kira hal itu tidak akan terjadi dalam waktu dekat,” kata Jarret Blanc, pejabat senior pada Geo-economics And Strategy Program Carnegie Endowment for International Peace.
Iran, yang punya masalah politik dalam negeri yang lebih rumit daripada Korea utara yang totaliter, tidak antusias berunding dengan Amerika, apalagi setelah Trump menarik Amerika keluar dari perjanjian nuklir multi-nasional. Perjanjian itu mengenakan berbagai pembatasan atas kegiatan Iran untuk membuat senjata nuklir dan sebagai imbalannya mendapat pengurangan sanksi.
Negara-negara lain yang ikut menandatangani perjanjian itu sedang berusaha dengan kerjasama Iran untuk mempertahankan perjanjian tadi, sementara Amerika akan mulai mengenakan sanksi-sanksi baru atas Iran mulai bulan Agustus ini.
Delapan hari yang lalu, Presiden Trump mengeluarkan ancaman balasan kepada Iran dan memperingatkan Presiden Hassan Rouhani supaya jangan lagi mengancam Amerika, karena negara Islam itu akan menghadapi konsekuensi paling gawat dalam sejarah. [ii]