Presiden AS Donald Trump Rabu (26/2) sore, menggelar konferensi pers untuk memaparkan apa yang telah dilakukan pemerintah AS untuk memberantas wabah yang telah berdampak pada puluhan ribu orang di seluruh dunia, tetapi sejauh ini hanya berdampak kecil pada Amerika. Pemerintah dan pakar-pakar kesehatan swasta mengatakan wabah itu berpotensi berubah dengan cepat.
Presiden Donald Trump menyatakan, meluasnya wabah virus pernafasan baru ke AS bukannya tidak bisa dihindari, bahkan bahkan ketika para pejabat tinggi kesehatan memperingatkan rakyat Amerika bahwa akan lebih banyak lagi penularan.
Tak lama setelah Trump berbicara hari Rabu, pemerintah mengumumkan perkembangan yang mengkhawatirkan. Ada lagi orang yang terjangkit di California, yang tampaknya tidak bepergian ke luar negeri ataupun tertular oleh pasien lain.
Dalam konferensi pers di Gedung Putih, Trump berusaha mengecilkan rasa takut ketika ia berkeras bahwa AS "sangat, sangat siap" untuk menghadapi wabah COVID-19. Karena dikecam atas tanggapan pemerintah, dia menugaskan Wakil Presiden Mike Pence untuk memimpin usaha pemerintah mengatasi perebakan virus itu. Pence, hari Kamis menunjuk pejabat kesehatan dunia di Departemen Luar Negeri untuk mengoordinasikan upaya melawan virus korona.
"Ini akan berakhir," kata Trump tentang wabah itu.'' Kita tidak ingin terlihat panik, karena tidak ada alasan untuk panik. ''
Tetapi para pejabat kesehatan yang berdiri di sampingnya menekankan sekolah, bisnis, dan perorangan perlu siap melawan virus korona itu.
''Kami perkirakan akan ada lebih banyak korban,'' kata Dr. Anne Schuchat dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC).
Jika CDC mengukuhkan bahwa korban terbaru di AS itu tidak melakukan perjalanan atau kontak dengan orang yang terjangkit, itu menandakan bahwa upaya menanggulangi perebakan virus belum memadai.
"Mungkin saja ini bisa menjadi contoh penyebaran COVID-19," dalam kelompok masyarakat, kata CDC dalam sebuah pernyataan.
Lebih dari 81.000 orang terjangkit COVID-19, penyakit dengan gejala demam, batuk dan sesak napas atau radang paru-paru sejak virus itu muncul di China.
Penderita terbaru di California menjadikan jumlah yang tertular di AS menjadi 60 orang, kebanyakan dari mereka dievakuasi dari zona wabah.
Trump melakukan pelarangan di perbatasan dengan menghentikan orang yang datang ke AS dari China untuk menekan penularan. Tetapi sekarang negara-negara di seluruh dunia - dari Korea Selatan dan Jepang sampai ke Italia dan Iran - mengalami peningkatan jumlah korban. Ditanya apakah sudah waktunya untuk mencabut larangan terhadap warga China yang datang atau mengambil langkah lain bagi pengunjung dari negara lain, ia mengatakan: “Kita mungkin akan melakukan itu pada waktu yang tepat. Sekarang ini belum.''
Trump menghabiskan hampir satu jam untuk membahas ancaman virus, setelah berminggu-minggu pasar saham menurun tajam akibat krisis kesehatan dan kekhawatiran jika wabah yang terus berkembang itu dapat mempengaruhi pemilihannya kembali sebagai presiden.
Dia juga menyalahkan pihak Demokrat atas merosotnya pasar saham, dengan mengatakan, “Saya pikir pasar keuangan sangat marah sewaktu melihat kandidat Demokrat menunjukkan kebodohan diri mereka sendiri.” Trump kemudian membela rekor pencapaiannya secara keseluruhan dan meramalkan kemenangan pada bulan November.
Sebuah pertanyaan penting, apakah pemerintahan Trump menggunakan cukup uang untuk menyiapkan negara, terutama karena CDC telah berjuang untuk memperluas jumlah negara bagian yang bisa mengetes orang yang kemungkinan terjangkit virus. Kekhawatiran lainnya adalah cukup tidaknya masker dan peralatan pelindung lainnya untuk petugas kesehatan, dan pengembangan vaksin atau perawatan.
Para pejabat kesehatan telah menghabiskan $105 juta dana darurat awal dan sedang mencari dana lain. Awal pekan ini, Trump meminta $ 2,5 miliar dari Kongres untuk melawan virus itu. Pemimpin Demokrat di Senat Chuck Schumer dari New York membalasnya dengan mengusulkan dana $ 8,5 miliar.
Trump mengatakan kepada wartawan, ia terbuka untuk menggunakan dana "sebanyak apa pun yang diperlukan."
Trump berulang kali membandingkan virus baru itu dengan flu, yang membunuh puluhan ribu orang setiap tahun. Virus korona telah membunuh lebih dari 2.700 orang, kebanyakan di China dan belum ada korban di AS. Namun para ilmuwan masih belum tahu siapa yang paling berisiko atau seberapa besar tingkat kematiannya. [ps/ii]