Pemerintah Turki juga menutup lebih dari 500 lembaga, badan pemberitaan dan 19 lembaga kesehatan.
Presiden Recep Tayyip Erdogan berjanji untuk mengadili dan menghukum mereka yang terlibat dalam upaya kudeta itu. Ia menuduh ulama yang tinggal di Amerika Fethullah Gulen mendalangi upaya yang gagal untuk menggulingkan pemerintah.
Gulen, seorang bekas sekutu Erdogan yang mengasingkan diri di negara bagian Pennsylvania, Amerika sejak tahun 1999 telah berkali-kali menyangkal terlibat.
Sejak kudeta itu Erdo gan telah melancarkan tindakan keras berskala luas terhadap para pengikut Gulen dan lembaga-lembaga yang mendukung gerakannya. Pihak berwenang telah menangkap sekurangnya 36 ribu orang dan memecat lebih dari 100 ribu lainnya dari jabatan pemerintah.
“Kita tahu negara belum sepenuhnya bersih dari kelompok berbahaya ini. Mereka masih ada dalam angkatan bersenjata, kepolisian, kehakiman dan masih berada di berbagai wilayah Turki” kata Erdogan.
“Kita tidak akan membiarkan mereka menghancurkan negara atau rakyat. Kita akan melakukan apa saja yang perlu dilakukan” tambah Erdogan.
Pemerintahan Erdogan juga dituduh menyalahgunakan kekuasaan mulai dari memberlakukan undang-undang darurat setelah kudeta itu sampai menindas siapapun yang mengecam pemerintah.
Erdogan membela tindakan-tindakan itu dengan mengatakan para pengikut Gulen sudah aktif di Turki selama lebih dari 40 tahun dan menyusupi militer Turki, kepolisian, kehakiman dan seluruh kementerian. Ia menambahkan bahwa sekitar 250 orang tewas pada malam kudeta yang gagal itu, tanggal 15 Juli.
Erdogan menekankan kembali bahwa ia ingin menghancurkan apa yang disebutnya organisasi teroris FETO. [my/ds]