ISTANBUL, TURKI —
Militer Turki telah mengerahkan peluncur-peluncur rudal anti-pesawat di bagian selatan negara itu yang berbatasan dengan Suriah; dan pemerintah Turki telah mengadakan pertemuan darurat, membahas kemungkinan dampak serangan yang akan dilancarkan Amerika terhadap Suriah.
Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan hari Selasa memimpin pertemuan para menteri utama untuk membahas kemungkinan akibat serangan Amerika terhadap Suriah.
Turki selama ini berada di garis depan negara-negara yang menuntut tanggapan keras terhadap Suriah atas dugaan melancarkan serangan senjata kimia bulan lalu.
Pakar hubungan internasional Cengiz Aktar dari Bahcesehir University di Istanbul mengatakan sikap Turki membuatnya rentan terhadap pembalasan Suriah jika Amerika melancarkan serangan militer.
"Turki mungkin negara yang paling mendorong perang habis-habisan terhadap Suriah. Para pengamat menyebut akan adanya risiko pembalasan. Militer Suriah mungkin membalas dengan membombardir Turki, ini pasti salah satu pilihan. Serangan ini mungkin berdampak mengerikan bagi Turki, bagi kawasan, dan bagi Suriah sendiri," papar Aktar.
Pekan lalu, seorang diplomat senior Suriah memperingatkan negara-negara tetangganya, termasuk Turki, bahwa mereka mungkin akan menghadapi pembalasan jika mereka mendukung serangan Amerika.
Militer Turki telah mengirim tank dan tentara untuk memperkuat pasukannya di perbatasan dengan Suriah, sepanjang lebih dari 900 kilometer. Selain itu, pangkalan rudal jarak pendek telah dibangun dan unit-unit anti senjata kimia telah dikerahkan dekat perbatasan.
Namun, pensiunan brigadir infanteri Turki Haldun Solmazturk mengatakan Turki tetap rentan terhadap pembalasan Suriah.
Ia mengatakan, "Turki bukan tandingan Suriah, tetapi dalam hal pembalasan, Suriah memang memiliki kemampuan untuk membahayakan dan merusak Turki, dengan menggunakan artileri, dengan menggunakan rudal, dan bahkan dengan menggunakan senjata kimia – ini tidak diragukan. Jika serangan kimia benar-benar terjadi, saya tidak yakin militer Turki betul-betul siap untuk perang kimia. Jadi, ada risiko nyata jika bahan kimia digunakan dalam perang antara Turki dan Suriah."
Meskipun Turki mendukung serangan Amerika, jajak pendapat menunjukkan bahwa sebagian besar warga Turki tidak setuju dengan serangan militer tersebut.
Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan hari Selasa memimpin pertemuan para menteri utama untuk membahas kemungkinan akibat serangan Amerika terhadap Suriah.
Turki selama ini berada di garis depan negara-negara yang menuntut tanggapan keras terhadap Suriah atas dugaan melancarkan serangan senjata kimia bulan lalu.
Pakar hubungan internasional Cengiz Aktar dari Bahcesehir University di Istanbul mengatakan sikap Turki membuatnya rentan terhadap pembalasan Suriah jika Amerika melancarkan serangan militer.
"Turki mungkin negara yang paling mendorong perang habis-habisan terhadap Suriah. Para pengamat menyebut akan adanya risiko pembalasan. Militer Suriah mungkin membalas dengan membombardir Turki, ini pasti salah satu pilihan. Serangan ini mungkin berdampak mengerikan bagi Turki, bagi kawasan, dan bagi Suriah sendiri," papar Aktar.
Pekan lalu, seorang diplomat senior Suriah memperingatkan negara-negara tetangganya, termasuk Turki, bahwa mereka mungkin akan menghadapi pembalasan jika mereka mendukung serangan Amerika.
Militer Turki telah mengirim tank dan tentara untuk memperkuat pasukannya di perbatasan dengan Suriah, sepanjang lebih dari 900 kilometer. Selain itu, pangkalan rudal jarak pendek telah dibangun dan unit-unit anti senjata kimia telah dikerahkan dekat perbatasan.
Namun, pensiunan brigadir infanteri Turki Haldun Solmazturk mengatakan Turki tetap rentan terhadap pembalasan Suriah.
Ia mengatakan, "Turki bukan tandingan Suriah, tetapi dalam hal pembalasan, Suriah memang memiliki kemampuan untuk membahayakan dan merusak Turki, dengan menggunakan artileri, dengan menggunakan rudal, dan bahkan dengan menggunakan senjata kimia – ini tidak diragukan. Jika serangan kimia benar-benar terjadi, saya tidak yakin militer Turki betul-betul siap untuk perang kimia. Jadi, ada risiko nyata jika bahan kimia digunakan dalam perang antara Turki dan Suriah."
Meskipun Turki mendukung serangan Amerika, jajak pendapat menunjukkan bahwa sebagian besar warga Turki tidak setuju dengan serangan militer tersebut.