Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu memimpin pertemuan menteri luar negeri negara-negara anggota Organisasi Kerja Sama Islam di Istanbul yang diprakarsai Ankara sebagai ketua organisasi.
Turki memiliki hubungan diplomatik penuh dengan Israel setelah tahun lalu menyelesaikan krisis hubungan, tetapi Presiden Recep Tayyip Erdogan tetap mengecam keras kebijakan Israel terkait Palestina.
Pertemuan ini dihadiri menteri luar negeri dan petinggi negara-negara Muslim, termasuk Menteri Luar Negeri Arab Saudi Adel al-Jubeir dan Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif. Iran dan Arab Saudi terlibat dalam pertikaian sangat sengit.
Israel membuat dunia Islam marah karena memasang mesin deteksi logam di tempat suci Haram as-Sharif di Yerusalem, setelah serangan kawanan bersenjata menewaskan dua orang polisi Israel tanggal 14 Juli yang lalu.
Langkah keamanan itu memicu protes oleh kaum Muslim dan kerusuhan yang menelan korban jiwa, dan pekan lalu pemerintah Israel menyingkirkan mesin-mesin deteksi logam dan kamera. Kompleks itu antara lain mencakup Masjid Al-Aqsa, salah satu tempat yang dianggap paling suci oleh umat Islam.
“Ini merupakan kemenangan kecil dalam pergulatan panjang demi kebebasan,” kata Menteri Luar Negeri Palestina Riyad al-Malki dalam pertemuan di Istanbul itu.
Namun, ia menuduh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berusaha mengubah kesepakatan lama bahwa hanya umat Muslim yang boleh menjalankan ibadah di kompleks Masjid Al-Aqsa, meskipun siapa saja boleh berkunjung, termasuk orang Yahudi.
“Netanyahu akan berusaha lagi untuk memberlakukan status quo dan kita harus menyiapkan diri menghadapi babak berikutnya yang mungkin datang dalam waktu sangat dekat dan situasinya mungkin sangat buruk,’ tambah Menteri al-Malki.
Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu mengatakan sekaranglah saatnya umat Islam mulai membantu warga Palestina dengan perbuatan, tidak hanya dengan kata-kata.
“Kita harus bertindak melindungi Masjid Al-Aqsa dan Palestina,” katanya. Ia menegaskan lagi seruan Presiden Erdogan agar semua umat Islam mengunjungi Yerusalem.
Tahun lalu Turki dan Israel mengakhiri pertikaian yang timbul karena tahun 2010 Israel menyerbu sebuah kapal yang sedang berlayar menuju Gaza, menewaskan 10 pegiat Turki. Sejak itu kedua pihak telah melakukan kerja sama energi untuk mengalirkan gas bumi melalui pipa dari Israel ke Turki.
Namun Erdogan, yang menyebut dirinya sebagai pejuang cita-cita Palestina, masih sering mengecam kebijakan Israel. Komentarnya terkait krisis terbaru ini termasuk di antara yang paling keras sejak kesepakatan rekonsiliasi dengan Israel. [ds]