Tautan-tautan Akses

Komisioner UNRWA Tulis Surat Terbuka


Anak sekolah Palestina di ruang kelas sekolah yang dikelola oleh UNRWA, di hari pertama kembali sekolah di Gaza City, 29 Agustus 2018.
Anak sekolah Palestina di ruang kelas sekolah yang dikelola oleh UNRWA, di hari pertama kembali sekolah di Gaza City, 29 Agustus 2018.

Kepala badan PBB yang membantu pengungsi Palestina – UNRWA – telah menulis sebuah surat terbuka kepada para pengungsi dan staf badan itu, pasca pengumuman Amerika yang akan menghentikan kontribusi keuangan bagi badan tersebut.

Dalam surat yang dirilis Sabtu malam (1/9), Komisioner UNRWA Pierre Krahenbuhl mengatakan keputusan Amerika "hanya akan memperkuat tekad kita". Ditambahkannya, "keputusan pendanaan dari negara anggota – yang dalam sejarah tercatat sebagai donor yang paling dermawan dan konsisten – tidak akan mengubah atau menimbulkan dampak pada energi dan semangat yang menjadi landasan pendekatan kami atas peran dan tanggungjawab atas pengungsi Palestina."

Kepala UNRWA Pierre Kraehenbuehl dalam wawancara dengan The Associated Press di Yerusalem, 23 Agustus 2018.
Kepala UNRWA Pierre Kraehenbuehl dalam wawancara dengan The Associated Press di Yerusalem, 23 Agustus 2018.

Pemerintah Trump hari Jum’at (31/8) memangkas anggaran untuk UNRWA, menyebut badan itu sebagai "cacat yang tidak terselamatkan". Juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika Heather Nauert mengatakan "badan penerima manfaat yang tidak memiliki tenggat dan terus berkembang pesat itu memang tidak dapat dilanjutkan dan telah menghadapi krisis selama bertahun-tahun."

Krahenbuhl dalam surat terbukanya mengatakan "tanggungjawab atas pengungsi Palestina, meningkatnya jumlah dan kebutuhan, terjadi semata-mata karena kurangnya niat baik atau ketidakmampuan berbagai pihak dan komunitas internasional untuk mewujudkan penyelesaian konflik yang telah dirundingkan dan resolusi damai atas konflik antara Israel dan Palestina. Upaya untuk menjadikan UNRWA sebagai pihak yang bertanggungjawab melanggengkan krisis ini merupakan hal yang sangat tidak jujur."

UNRWA menyediakan layanan kesehatan, pendidikan, dan sosial bagi warga Palestina di Tepi Barat, Jalur Gaza, Yordania, Suriah dan Lebanon. Badan ini memberikan layanan kepada lebih dari lima juta pengungsi Palestina, yang sebagian besar adalah keturunan warga Palestina yang melarikan diri atau dipaksa meninggalkan rumah mereka selama perang yang mengarah pada pembentukan Israel pada tahun 1948.

Amerika memasok hampir 30% dari total anggaran UNRWA dan pada tahun 2016 lalu menyumbang 355 juta dolar. Namun pada Januari 2017, pemerintah Trump menahan jutaan dolar dan hanya mengeluarkan 60 juta dolar saja bagi badan ini.

Krahenbuhl mengatakan ini berarti terjadi pengurangan pendapatan sebesar 300 juta dolar "yang langsung membuat badan ini menghadapi krisis besar. Dalam delapan bulan terakhir ini kami tidak pernah diberitahu tentang alasan rinci yang memicu pemangkasan itu. Tampaknya ini jelas terkait dengan ketegangan antara Amerika dan kepemimpinan Palestina pasca pengumuman Amerika tentang Yerusalem dan bukan karena kinerja UNRWA. Oleh karena itu kebijakan ini jelas merupakan politisasi bantuan kemanusiaan."

Kepala UNRWA itu juga mengakui bahwa "dengan penghargaan yang sangat besar kepada lebih dari 25 negara yang telah meningkatkan kontribusi tahunan mereka pada awal tahun ini untuk membantu mempertahankan operasi kami," dan "terima kasih mendalam pada 30 donatur yang telah memberikan kontribusi tambahan pada kegiatan utama dan darurat UNRWA tahun ini dan mereka yang telah menandatangani perjanjian pemberian bantuan tahunan yang baru; badan ini masih sangat membutuhkan bantuan dan memerlukan lebih dari 200 juta dolar untuk bertahan dari krisis tahun ini."

Pegawai UNRWA ketika memprotes keputusan AS memotong bantuan mereka, di Gaza City, 29 Januari 2018.
Pegawai UNRWA ketika memprotes keputusan AS memotong bantuan mereka, di Gaza City, 29 Januari 2018.

Nabil Abu Rudeneh, juru bicara Presiden Palestina Mahmoud Abbas, mengatakan keputusan Amerika untuk mengakhiri kontribusi bagi UNRWA "tidak mendorong perdamaian tetapi justru memperkuat terorisme di kawasan itu."

Palestina dan komunitas internasional pada umumnya menilai UNRWA sebagai badan yang menjadi jaring penyelamat berharga. Namun Israel menilai badan itu secara berbeda.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan UNRWA mendorong tuntutan Palestina yang tidak realistis bahwa para pengungsi memiliki "hak untuk kembali" ke rumah mereka yang sudah lama hilang, dan kini menjadi negara Israel. Netanyahu mengatakan UNRWA seharusnya dibubarkan dan tanggungjawab badan itu diambil-alih oleh badan PBB urusan pengungsi UNHCR. [em]

XS
SM
MD
LG