PBB pada Rabu (31/5) mengatakan utusannya untuk Myanmar akan meninggalkan pekerjaannya sewaktu kontraknya berakhir pada 12 Juni.
Noeleen Heyzer, dari Singapura, telah menjalankan peran itu sejak Oktober 2021, beberapa bulan setelah kudeta militer di Myanmar menggulingkan pemerintah negara itu yang terpilih secara demokratis.
Juru bicara PBB Stephane Dujarric mengatakan kepada wartawan pada Rabu (31/5) bahwa Sekjen PBB Antonio Guterres berterima kasih kepada Heyzer “atas upayanya yang tak kenal lelah demi perdamaian dan rakyat Myanmar.”
Heyzer memberitahu Majelis Umum PBB pada Maret lalu bahwa kekerasan terus berlanjut di Myanmar “pada skala yang mengkhawatirkan” dan bahwa ia tidak melihat prospek untuk penyelesaian melalui perundingan. [uh/ab]
Forum