Setelah melakukan salah satu respons awal terhadap virus corona yang dianggap paling berhasil di dunia, Korea Selatan pekan ini memulai vaksinasi COVID-19. Korea Selatan adalah negara maju terbaru yang mulai melakukan vaksinasi massal.
Mulai Jumat (26/2), Korea Selatan akan memberikan vaksin AstraZeneca kepada staf dan beberapa pasien di rumah-rumah jompo dan fasilitas serupa. Sehari kemudian, negara itu akan mulai memvaksinasi dengan vaksin Pfizer untuk para staf medis yang merawat pasien virus corona.
Ini berlangsung sekitar dua setengah bulan setelah vaksinasi dimulai di negara-negara seperti Inggris dan AS.
Tidak seperti di beberapa negara lainnya, virus corona belum pernah menyebar tak terkendali di Korea Selatan. Ini membuat pemerintah memiliki lebih banyak waktu dan perangkat untuk mengatasi pandemi.
“Vaksin penting untuk pencegahan penyakit, tetapi vaksin saja tidak cukup. Strategi Korea Selatan mencakup lebih banyak daripada itu,” kata Kim Mo-ran, ahli epidemiologi yang menjadi penasihat pemerintah Korea Selatan dalam menanggapi virus corona.
Data berikut ini membantu menjelaskan situasi tersebut. AS telah mencatat lebih dari setengah juta kematian terkait COVID-19. Di Inggris, jumlahnya melampaui 120 ribu. Sementara itu, hanya sedikit di atas 1.500 warga Korea Selatan yang meninggal akibat penyakit tersebut.
Meskipun Korea Selatan menghadapi sedikit lonjakan kasus dalam beberapa bulan belakangan, negara tersebut berhasil menangani wabah dengan menyesuaikan pedoman menjaga jarak sosial.
Akibatnya, pandemi jarang dirasakan mengerikan di Korea Selatan. Restoran dan bar di Seoul, di mana sebagian besar warga Korea Selatan bermukim, sekarang ini buka hingga pukul 11 malam. Bus dan kereta api padat penumpang. Demonstrasi di jalan-jalan, yang pada masa normal banyak terjadi, juga mulai muncul kembali.
Meski demikian, penundaan vaksinasi telah memicu tuduhan bahwa pemerintah tidak bertindak cukup cepat untuk membeli vaksin, satu-satunya perangkat yang akan membuat negara mengakhiri pandemi di wilayahnya.
“Pemerintah seharusnya lebih agresif dalam membeli vaksin dan lebih awas mengenai program vaksinasi setelah berbicara dengan para pakar medis dan warga. Tetapi mereka melakukan yang sebaliknya,” kata Choi Jae-wook dari Ikatan Dokter Korea Selatan, kepada media asing di Seoul pekan lalu.
Korea Selatan memiliki sasaran vaksinasi yang ambisius. Diharapkan 10 juta individu berisiko tinggi telah divaksinasi pada bulan Juli dan kekebalan kelompok dicapai pada November.
Tetapi para pakar menyatakan jadwal tersebut tidak realistis, Menurut perkiraan Economist Intelligence Unit, Korea Selatan termasuk di antara negara-negara yang tidak akan mencapai vaksinasi meluas sebelum pertengahan 2022.
Para pejabat Korea Selatan menyalahkan antara lain penundaan produksi dan logistik, yang mengganggu rencana vaksinasi di seluruh dunia. [uh/ab]