Kepala Manajemen Krisis bagi Kesehatan Hewan organisasi pangan dan pertanian PBB (FAO), Ian Douglas, mengatakan para periset telah memonitor penyebaran H5N8.
“Kami telah mempelajari varian ini selama beberapa waktu. Virus jenis ini telah terdeteksi di China, Jepang dan Korea Selatan. Virus ini menyebabkan penyakit pada unggas, dan terdeteksi pada burung-burung liar disana. Virus ini terkait dengan varian influenza yang menyebar di seluruh dunia pada pertengahan tahun 2000, tetapi merupakan virus yang berbeda,” paparnya.
H5N8 juga ditemukan pada burung-burung migran dan unggas air di Asia. Kini varian itu ditemukan di sedikitnya tiga negara Eropa.
Douglas menambahkan, “Dalam dua atau tiga minggu terakhir, virus itu dilaporkan ditemukan di Jerman, Belanda dan Inggris. Dan masing-masing negara itu telah menanggapinya dengan teknik yang terencana baik. Mereka meningkatkan tingkat kewaspadaan dan pengawasan. Selain itu, dengan memantau burung-burung liar, virus ini berhasil terdeteksi.”
Varian flu burung ini dilaporkan mengancam negara-negara terutama yang terletak di tepi Laut Hitam dengan sumber daya terbatas dan di sepanjang rute migrasi burung liar di Atlantik Timur.
Ditanya apakah H5N8 mengancam manusia, pejabat FAO itu lebih lanjut mengatakan, “Belum ada bukti yang cukup untuk menunjukkan bahwa virus ini dapat menulari manusia. Diyakini, virus ini tidak dapat beradaptasi dengan baik untuk menyerang sel-sel manusia. Namun, kami sadar bahwa virus-virus influenza lainnya bisa menulari manusia dan menyebabkan penyakit parah. Kami mengikutitemuan WHO sekarang ini yang menyatakan tidak ada dampak pada manusia.”
FAO bekerja sama dengan Organisasi Dunia bagi Kesehatan Hewan dalam melacak varian baru flu burung itu. Mereka mendesak negara-negara dan para peternak unggas untuk meningkatkan apa yang disebutnya keamanan bio, yaitu melindungi hewan-hewan peternakan dari penyakit.