Para ekstremis Negara Islam (ISIS) mengunggah satu lagi video mengerikan ke Internet, yang memperlihatkan pembunuhan para tersangka mata-mata dan pengkhianat secara brutal.
Kali ini para korban ditenggelamkan, diledakkan dengan granat yang didorong roket atau dipasang bahan peledak di lehernya – metode-metode baru bagi serangkaian pembantaian kelompok ini terhadap para musuhnya.
Video sepanjang tujuh menit ini menggunakan kamera-kamera bawah air untuk merekam sekelompok pria yang dikurung dalam kandang kemudian ditenggelamkan di sebuah kolam renang. Film mengejutkan ini lagi-lagi dibuat untuk mencuri perhatian, terutama di negara-negara Barat.
Para pendukung ISIS bergerak cepat dalam menyebarkan foto-foto dari video mengerikan tersebut di jaringan media sosial, menurut pengamatan Charlie Winter, analis dari organisasi Quilliam Foundation di London.
“Tak ada satu pun propaganda ISIS yang diniatkan untuk kalangan terbatas,” ujarnya.
“Jelas mereka ingin khalayak lokal untuk memahami konsekuensi-konsekuensinya jika mereka berkhianat. Ini adalah ancaman bagi orang-orang yang ingin keluar dari kelompok ini. Tapi kelompok ini pun telah menyempurnakan keahlian mereka dalam mendapatkan manfaat sebanyak mungkin dari setiap video yang dirilis.”
Teror Liar
Khalayak yang berbeda melihat video-video ISIS secara berbeda pula. Para aktivis politik di Timur Tengah melihat video ini sebagai mata pelajaran mengenai teror yang liar dan target utama adalah mereka yang ada di wilayah yang dikuasai ISIS.
Menurut mereka, video ini memberikan peringatan keji kepada siapa pun yang berpikir untuk keluar dari grup ini, termasuk suku-suku Sunni yang menyatakan mendukung ISIS musim panas lalu untuk membantu para ekstremis memperluas “kekhalifahan” di seluruh wilayah Irak dan Suriah.
Para ahli dan aktivis berkeyakinan video tujuh menit yang disertai hanya dengan komentar berbahasa Arab tersebut, direkam dekat kota Mosul di provinsi Nineveh, Irak.
Di saat kelompok militan ini mengalami kekalahan di medan perang, video yang dirilis Selasa (23/6) menyertakan peringatan bagi seorang pejabat polisi Irak, Bassem Mohammed, yang menggerakkan mantan-mantan polisi di provinsi Nineveh untuk melawan ISIS. Ia mengatakan kepada harian The New York Times bahwa ia kenal delapan dari 16 pria yang dibunuh itu dan masih bersaudara dengan beberapa di antaranya.
Video itu juga disertai pernyataan panjang dari juru bicara kepala pasukan teror, Abu Mohammed al-Adnani. Ia memperingatkan kelompok-kelompok Sunni bahwa mereka bisa menyaksikan sendiri konsekuensi kekalahan ISIS dari milisi Syiah yang didukung pemerintah Irak. Di Irak, para milisi itu telah dituduh mengusir warga Sunni dari wilayah yang direbut ISIS.
Al-Adnani mengatakan ISIS memberikan kesempatan terakhir kepada para lawan dan pengkhianat Sunni.
“Kami memberikan mereka kesempatan terakhir ini, bukan karena kami lemah tapi sebaliknya. Kali ini kami tidak akan mengampuni siapa pun,” ujarnya, sambil menyebut terutama suku Jaghayfa di Haditha, kota di bagian barat Irak, sekitar 240 kilometer ke barat laut Baghdad, “yang telah berulang kali mengkhianati dan melawan kami.”
ISIS melakukan pendekatan hukuman dan imbalan, menurut aktivis Amir Salamah. “Bertobat dan kau akan dimaafkan, jika tidak kau akan kami bunuh secara kejam.”
Kampanye Propaganda
Pendekatan yang sama diterapkan ISIS terhadap suku Shaitat di sebelah timur Suriah. Pada setahun terakhir, ISIS telah melakukan kampanye propaganda untuk mengintimidasi suku tersebut. Juli lalu, pria-pria suku Shaitat memberontak terhadap ISIS dan membunuh 11 ekstremis.
Sebagai balasan, ISIS membantai ratusan laki-laki dan remaja pria di atas umur 15 tahun. Dalam video pembantaian tersebut, para pembunuh sambil tertawa bertanya kepada salah satu korban bagaimana ia ingin mati, tapi kemudian mengabaikan permintaannya untuk ditembak dan memenggal kepalanya.
Musim gugur lalu, para pemimpin teror secara resmi memaafkan suku itu meski bersikeras bahwa tidak satu pun dari para pria suku tersebut dapat mengadakan pertemuan atau berkumpul dalam jumlah besar.
Sejak saat itu, mereka telah mengunggah sejumlah video yang memperlihatkan pria-pria suku Shaitat bertobat dan menyalahkan pencuri dan pengkhianat karena membuat suku itu keluar jalur. Beberapa pria suku ini yang masih terus melawan ISIS telah dibunuh.
Winter memperkirakan akan ada video-video sadis lainnya dalam beberapa hari mendatang. Ia mencatat bahwa warga lokal di Palmyra, kota di Suriah yang baru-baru ini direbut ISIS, yang memiliki reruntuhan kuno besar era Romawi, telah melaporkan serangkaian pemenggalan.
Para aktivis juga telah mengatakan terjadi sejumlah eksekusi baru-baru ini di sebuah puri di Danau Assad, sebuah waduk di Sungai Efrat dekat Raqqa.
“Mereka suka latar belakang dramatis untuk video-video mereka,” ujar Winter.