Ibu kota Madrid Jumat malam (2/10) memberlakukan penutupan sebagian wilayah atau “partial lockdown” untuk mencegah perebakan luas virus corona. Meskipun perintah itu dikeluarkan oleh pemerintah Spanyol, kota itu masih menolak memberlakukan perintah tersebut dan meminta perubahan kebijakan itu di pengadilan, dengan alasan kebijakan penutupan wilayah akan merugikan perekonomian kota itu.
Dengan pemberlakuan perintah itu di tingkat nasional, warga kota Madrid yang berjumlah tiga juta orang tidak diperkenankan keluar rumah kecuali untuk pergi bekerja, bersekolah, berbelanja kebutuhan pokok atau layanan kesehatan. Seluruh bar dan restoran dipaksa ditutup lebih awal dari jadwal normal dan mengurangi kapasitas tempat duduk hingga 50 persen.
Pembatasan itu juga diberlakukan pada sembilan kotamadya di dekat Madrid, yang masing-masing dihuni lebih dari 100.000 orang.
Eropa sedang mengalami peningkatan kasus baru virus Covid-19, dan Spanyol memimpin dengan jumlah korban terbanyak yaitu 300 kasus penularan pada setiap 100.000 penduduk. Tetapi angka itu meningkat dua kali lipat di kawasan Madrid, di mana terjadi 780 kasus penularan pada setiap 100.000 penduduk.
Lebih dari 32.000 orang meninggal akibat virus corona di Spanyol, atau yang tertinggi keempat di Eropa, setelah Inggris, Italia dan Perancis.
770 Mahasiswa di Satu Kampus Inggris Tertular Covid-19
Di Inggris, sebuah universitas lain dilanda wabah virus corona secara massal. Universitas Northumbria di timur laut Inggris hari Jumat (2/10) mengatakan sedikitnya 770 mahasiswa positif tertular virus mematikan itu. Ditambahkan bahwa seluruh mahasiswa kini menjalani karantina mandiri.
Pandemi Covid-19 telah melanda puluhan universitas di Inggris dalam beberapa minggu terakhir seiring meningkat tajamnya kasus corona di seluruh negara itu. Pemerintah Inggris hari Jumat melaporkan 6.969 kasus baru virus corona, naik dibanding hari sebelumnya, tetapi di bawah yang tertinggi Selasa (29/9) yang mencapai 7.143 kasus baru.
Sao Paulo Minta Izin Gunakan Vaksin Buatan Sinovac
Di Brazil, pemerintah negara bagian Sao Paulo meminta otorita kesehatan Anvisa untuk menggunakan calon vaksin Covid-19 yang dikembangkan Sinovac Biotech Ltd, China. Gubernur Sao Paolo, Joao Doria, mengatakan ia ingin memulai inokulasi warga Sao Paolo dengan vaksin Sinovac pada pertengahan Desember nanti, salah satu target paling cepat yang ditetapkan setelah China dan Rusia.
Negara bagian itu merupakan lokasi uji klinis tahap tiga bagi vaksin Sinovac.
Brazil memiliki jumlah kasus virus corona tertinggi ketiga di dunia, dengan lebih dari 4,8 juta kasus; setelah India dan Amerika.
Kanada Siap Longgarkan Perbatasan
Kanada hari Jumat mengumumkan akan melonggarkan perbatasan di sejumlah perbatasannya supaya keluarga dapat bertemu kembali. Pemerintah Trudeau mengatakan kakak adik, kakek nenek dan anak-anak yang berusia dewasa, termasuk penduduk tetap Kanada, akan diijinkan mengunjungi negara itu lagi.
Kanada adalah negara pertama yang menutup pintu perbatasannya pada semua orang, kecuali pekerja medis, pada musim semi lalu, guna mencegah meluasnya perebakan virus corona. Secara bertahap pemerintah mulai mengijinkan anggota keluarga inti dari warga Kanada untuk memasuki negara itu kembali, tetapi anggota keluarga dalam skala luas tetap dilarang masuk.
Australia, Selandia Baru Siap Buka Sejumlah Pintu Perbatasan
Australia dan Selandia Baru hari Jumat juga mengumumkan pembukaan sebagian pintu perbatasan mereka untuk memudahkan perjalanan antar negara. Menteri Urusan Transportasi Australia Michael McCormack hari Jumat mengatakan mulai tanggal 16 Oktober mendatang warga Selandia Baru yang melakukan perjalanan dari beberapa bagian negara yang tidak dikategorikan sebagai zona merah Covid-19, dapat terbang ke Sydney dan Darwin di Australia, tanpa perlu melakukan karantina.
Namun Selandia Baru masih memandatkan seluruh pendatang dari Australia untuk menjalani karantina selama 14 hari setelah tiba di negara itu. [em/pp]