Menjaga jarak atau social distancing untuk memperlambat perebakan virus corona berubah menjadi strategi kampanye politik, khususnya bagi kandidat yang akan bertarung dalam pemilihan presiden Amerika mendatang.
Dalam hitungan hari, kampanye presiden Amerika berubah dari sorak sorai pendukung dalam pawai, menjadi bicara dalam ruang tertutup secara telekonferensi.
Virus corona telah mengubah kampanye presiden tahun ini. Lebih dari sepuluh negara bagian dan wilayah telah menangguhkan pemilihan pendahuluan atau mengubah caranya, dengan meminta warga mengirim suara lewat surat. Ini juga menangguhkan nominasi calon presiden Partai Demokrat.
Kandidat capres utama Joe Biden kini melakukan webcast dan podcast dari studio seadanya, di rumahya di Delaware. Tim kampanyenya juga bekerja dari rumah.
Pawai yang biasanya dilangsungkan Presiden Donald Trump juga ditunda. Trump mengganti jadwal perjalanannya yang sibuk dengan konferensi pers harian tentang virus corona di Gedung Putih.
Analis di Inside Elections, Jacob Rubashkin mengatakan, “Tentu saja sangat menguntungkan baginya bisa berbicara dengan jutaan orang setiap hari.”
Sebagian besar kandidat dan tim kampanye juga menggunakan media sosial secara aktif untuk menyampaikan pesan dan mengumpulkan dana. Tetapi bagaimana cara menggunakan dana itupun kini berbeda.
“Kita akan melihat begitu banyak uang dihabiskan untuk membayar iklan, dan hal itu disebabkan dua alasan : pertama, karena tidak bisa mengirim orang dari rumah ke rumah untuk mengumpulkan dan membagi-bagikan pesan. Interaksi itu tidak mungkin dilakukan karena kebijakan social distancing. Dan sulit untuk menarik perhatian media karena yang ingin diketahui orang adalah soal pandemi virus corona, bukan tentang kandidat capres,” tambahnya.
Adaptasi strategi politik terkait pandemi pernah terjadi setelah Flu Spanyol tahun 1918, ketika Warren Harding dari Partai Republik memenangkan pemilu presiden tahun 1920 walaupun tetap berada di rumahnya di Ohio, sementara ratusan ribu pemilih berjubel memadati halaman depan untuk mendengarnya berpidato.
Jika kebijakan untuk tidak berada dalam kerumunan besar tetap berlaku, maka pemungutan suara November nanti mungkin membingungkan.
“Hanya ada empat negara bagian di Amerika yang melangsungkan seluruh pemilu lewat pos, yang berarti ada 46 negara bagian lain yang memiliki jumlah penduduk signifikan tetapi pemilihnya tidak terbiasa mengirim suara lewat pos,” kata Jacob.
Kebiasaan seperti pergi ke TPS, berjabat tangan, mencium bayi dan swafoto dengan kandidat kemungkinan tidak akan terjadi karena wabah Covid-19 ini. [em/ii]