Wabah ebola yang mematikan terjadi setelah virus yang selama puluhan tahun hanya terdapat di dalam hutan itu, dan sesekali muncul, dan paling banyak menewaskan beberapa ratus orang. Tetapi di Afrika Barat, Ebola melintasi perbatasan dan mencapai kota-kota, menimbulkan keresahan global.
Mengukur suhu tubuh telah menjadi hal biasa di bandara-bandara dan pos-pos perbatasan di seluruh Afrika Barat tahun ini. Demam merupakan salah satu gejala awal Ebola.
Di tiga negara yang paling parah dilanda Ebola – yaitu Guinea, Sierra Leone dan Liberia – orang sedapat mungkin tidak bersalaman atau berpelukan. Orang dianjurkan tidak merawat sendiri keluarga yang sakit atau meninggal, seperti yang sebelumnya dilakukan. Ini karena cairan tubuh pasien dan korban Ebola menularkan penyakit tersebut.
Wabah di kawasan itu tidak terkendali, termasuk di Guinea barat daya di mana wabah itu pertama kali muncul bulan Desember 2013. Beberapa bulan berlalu sebelum virus itu teridentifikasi. Ebola menyebar di ibukota Conakry dan kemudian masuk ke Sierra Leone dan Liberia. Kasus-kasus Ebola pun mulai muncul di kedua negara itu pada bulan Juni.
Ebola merupakan penyakit baru di Afrika Barat. Tak heran muncul kebingungan, salah komunikasi dan ketakutan.
Sebagian orang tidak mau dirawat dan berkeras menguburkan sendiri anggota keluarga yang meninggal. Kerusuhan bahkan terjadi di Monrovia. Pemerintah menanggapi dengan apa yang mereka sebut “terapi kejut” dengan menutup daerah-daerah yang diduga telah dijangkiti Ebola dan melakukan karantina paksa. Mereka juga meningkatkan pendidikan masyarakat. Papan-papan billboard dengan pesan “Ebola Memang Nyata” dipasang di mana-mana.
Para petugas medis turun ke jalan, mengajar warga tentang gejala-gejala Ebola. Mereka juga datang ke rumah-rumah untuk memeriksa warga yang kemungkinan telah terjangkit Ebola.
Untuk menghentikan penularan Ebola, orang yang sakit harus diisolasi dan dirawat oleh petugas medis terlatih yang mengenakan perlengkapan pelindung khusus dari kepala hingga ke kaki. Mereka yang meninggal akibat Ebola harus dikubur oleh tim khusus lainnya.
Tetapi upaya mengatasi Ebola itu tidak bisa mengikuti cepatnya penularan virus mematikan tersebut. Ebola melumpuhkan negara-negara yang tidak memiliki sistem kesehatan yang memadai .
Menteri Kesehatan Sierra Leone Dr. Abu Bakar Fofanah mengatakan, “Saya bisa menghitung dengan jari saya jumlah ambulans yang kami miliki ketika penyakit ini mulai menjangkiti Sierra Leone. Ini menyulitkan bagi negara berpenduduk enam juta orang dengan medan yang sulit pula”.
Hingga bulan September, di Monrovia saja jumlah penderita Ebola menjadi lipat-dua setiap tiga pekan. Rumah-rumah sakit biasa ditutup. Tidak cukup tempat tidur dan staf di unit-unit perawatan Ebola yang ada.
Jackson Niamah – dokter Liberia yang bekerja bagi “Doctors Without Borders” – menyampaikan hal ini kepada Dewan Keamanan PBB melalui fasilitas telekonferensi.
“Kami terpaksa menolak pasien dan mereka sekarat di depan pintu unit perawatan kami. Ketika saya bicara sekarang ini, orang-orang duduk di depan pintu gerbang unit perawatan kami, memohon perawatan supaya bisa selamat. Jika komunitas internasional tidak membantu, kami akan musnah,” ujarnya.
PBB meluncurkan misi Ebola di kawasan itu. Amerika mengirim tiga ribu tentara untuk membangun unit-unit perawatan Ebola di Liberia. Tanggapan internasional meningkat drastis pada bulan Oktober dan diharapkan berlanjut hingga tahun 2015.
Para pakar mengatakan masih banyak yang harus dikerjakan dalam beberapa bulan mendatang.
Sekitar separuh korban yang meninggal akibat Ebola tahun ini terdapat di Liberia. Sisanya di Guinea dan Sierra Leone. Secara keseluruhan ada delapan negara di tiga benua yang melaporkan kasus Ebola. Hal ini menjadikan Ebola – sebagaimana sering diungkapkan banyak orang – menjadi “hal yang belum pernah terjadi sebelumnya”.
Korban yang meninggal termasuk 350 petugas medis di Afrika Barat. Sierra Leone juga kehilangan tiga dokter pada dua minggu pertama bulan Desember ini.
Namun, ada juga sejumlah kemajuan yang dicapai. Sekitar 40% orang yang tertular Ebola dan dirawat tahun ini, pulih kesehatannya. Senegal dan Nigeria bertindak cepat dalam mengatasi wabah di negara mereka.
Besarnya wabah di kawasan itu mendorong penelitian virus Ebola yang sempat terhenti di seluruh dunia. Beberapa uji-coba vaksin dan obat-obatan sedang berlangsung, dan meningkatkan harapan diperolehnya pengobatan yang efektif terhadap penyakit Ebola.