Dentang lonceng gereja dan suara adzan hari Selasa (11/8) memecah pagi di Beirut. Tepat satu minggu ledakan dahsyat terjadi di kota itu, menewaskan dan melukai ribuan orang serta menghancurkan jantung kota itu.
Mengheningkan cipta tepat saat ledakan terjadi, termasuk di antara beberapa acara yang direncanakan untuk mengenang para korban dalam ledakan tersebut.
Demonstrasi berlanjut untuk hari ketiga berturut-turut setelah pemerintah mengundurkan diri hari Senin. Ratusan demonstran berkumpul di luar gedung parlemen, meneriakkan slogan-slogan menentang para pimpinan politik dan melempar batu. Pasukan keamanan membalas dengan menembakkan gas air mata.
Upaya di belakang layar dimulai hari Selasa untuk membentuk pemerintahan baru. Banyak warga menuntut kabinet independen yang tidak didukung partai politik yang selama ini dituduh tidak becus mengurus negara. Banyak warga Lebanon juga menyerukan penyelidikan independen atas ledakan itu karena mereka tidak mempercayai penyelidikan oleh otoritas lokal.
Pejabat Lebanon menolak seruan bagi penyelidik internasional. Sebelum mengundurkan diri, pemerintah hari Senin menyerahkan kasus itu ke Dewan Yudisial Tertinggi, badan peradilan tertinggi negara itu.[ka/ii]