Warga Palestina, baik tua maupun muda, telah ikut tren mengambil “selfie” atau swafoto di tempat-tempat suci umat Islam di Yerusalem, yaitu Masjid al-Aqsa dan Kubah Batu, sebagai kenang-kenangan pribadi dan untuk diperlihatkan kepada kerabat yang tidak dapat mengunjungi situs-situs tersebut.
Meski swafoto bukan barang baru, warga Palestina telah merangkul fenomena tersebut selama Ramadan sebagai cara menunjukkan kehadiran mereka di tempat suci ketiga bagi umat Islam.
“Kami mengambilnya sebagai kenang-kenangan, karena mungkin kami tidak dapat datang lagi Ramadan berikutnya,” ujar Shorouq, perempuan muda asal Tepi Barat. Ia mengambil swafoto bersama temannya Shahira, dan keduanya memakai jilbab berwarna terang.
“Kami mengambil swafoto dengan Kubah Batu,” ujar Shahira, menyebut bangunan segi delapan berkubah emas dan berhiaskan ubin, tempat Nabi Muhammad naik ke surga dalam peristiwa Isra Mi’raj.
Swafoto di tempat tersebut juga populer di kalangan Yahudi, yang menyebut wilayah itu sebagai Temple Mount, tempat tersuci dalam Yudaisme dan tempat sebuah kuil Yahudi dihancurkan oleh Romawi pada abad 70.
Orang-orang Yahudi diizinkan mengunjungi tempat itu dalam jumlah kecil, namun seperti non-Muslim lainnya, mereka tidak diperbolehkan berdoa, sebuah sumber ketegangan agama yang semakin meningkat di Yerusalem.
Israel, yang mengontrol akses ke alun-alun kuno berbatu yang dikelilingi pohon cemara dan air mancur itu, awalnya mengeluaran sejumlah besar izin bagi warga Palestina mengunjungi tempat itu Ramada tahun ini.
Namun setelah serangkaian serangan yang menyasar warga Israel dalam minggu pertama bulan suci ini, pembatasan kemudian diberlakukan.
Tetap saja, ratusan ribu Muslim dari Tepi Barat, Gaza, Israel dan tempat-tempat lebih jauh diperkirakan mengunjungi tempat-tempat tersebut selama Ramadan, yang berakhir 17 Juli. Pada hari Jumat pertama bulan Ramadan, 80.000 Muslim berdoa di al-Aqsa, menurut kepolisian Israel.
Banyak diantaranya yang mengambil swafoto sambil memegang kertas bertuliskan pesan untuk mereka yang tidak dapat berjunjung ke sana.
“Pesan ini untuk para saudara dan putra saya karena mereka tidak diizinkan masuk ke Yerusalem,” ujar Ibtisam Thaher, seorang ibu dari kota Ramallah, Tepi Barat.
Dalam secarik kertas itu, ia menulis: “Menara al-Aqsa memanggilmu dan berdoa untukmu, Amjad.”
“Mereka ingin merasakan kehadiran di al-Aqsa selama Ramadan,” ujarnya. “Saya harap saya mengabulkan permintaan mereka dan Tuhan menganggap mereka telah berdoa di sini.”
Ameer Taha, dari Yerusalem, memegang kertas untuk keluarga ibunya, yang menurutnya dilarang datang ke Yerusalem oleh pasukan keamanan Israel.
“Kami berfoto karena sangat peduli dan ingin mereka datang ke al-Aqsa (lewat foto-foto ini),” ujarnya.
Mahdi al-Karaki, dari kota Hebron di Tepi Barat, mengatakan ia hanya ingin menangkap sepotong sejarah pribadi.
“Saya belum pernah datang lagi ke al-Aqsa selama 20 tahun. Memori ini akan saya pasang di Facebook.”