Warga Thailand menunggu hasil pemilu yang diadakan untuk mengembalikan pemerintahan demokratis, tetapi yang secara luas dikritik sebagai akal-akalan yang dirancang oleh Perdana Menteri Prayut Chan-ocha untuk memantapkan cengkeraman militer pada kekuasaan di negara itu.
Hasil resmi pendahuluan yang dikeluarkan Minggu malam (24/3) menunjukkan bahwa dengan 93 persen surat suara yang telah dihitung, partai Phalang Pracharat yang didukung oleh militer memimpin dengan sekitar 7,6 juta suara, kurang dari yang dibutuhkan untuk menjadi mayoritas di parlemen.
Di tempat kedua adalah partai Pheu Thai, yang dulu adalah partainya mantan perdana menteri Thaksin Shinawatra, dengan 7,1 juta suara.
Kampanye untuk pemilu ini dinodai oleh tuduhan-tuduhan adanya pembelian suara, tetapi pada hari pemungutan suara tidak ada banyak keluhan, dengan pemantau pemilu dari Australia, Kanada, Amerika Serikat dan 10 anggota ASEAN.
Hasil resmi akan diumumkan pada tanggal 9 Mei. [lt]