Empat orang anak berseragam sekolah dasar tampak berkumpul di salah satu sudut sekolah di Solo, pertengahan pekan kemarin. Mereka tampak membahas film "Avengers Infinity Wars" dan "The Incredibles", film-film superhero yang sedang tren di televisi maupun bioskop. Salah seorang anak, Desta, siswa kelas 5 SD mengaku tak tahu jenis maupun tokoh pewayangan, tetapi cepat menjawab saat ditanya tentang superhero idola.
"Wayang, aku nggak tahu. Nggak ngerti. (Kalau tokoh superhero?) Nah itu aku tahu, ada super dede, ada Superman, Batman, banyak. Hahaha.. (Superhero idolamu?) Ya jelas Superman," kata Desta.
Jawaban hampir serupa dilontarkan salah seorang anak lainnya yang berdandan dan berbusana tokoh pewayangan saat sekolah menggelar karnaval budaya wayang. Siswa SD itu, Widya, mengaku tak tahu tokoh wayang yang busananya dipakai saat karnaval tersebut.
Berbeda dengan Satria, siswa SD yang berbusana tokoh wayang Gatotkaca, yang tampil lengkap dengan tempelan kumis hitam. Tingkah lucu Gatotkaca junior berkumis ini mengundang gelak tawa teman-temannya.
"Saya pakai baju wayang Gatotkaca. Saya senang bisa ikut karnaval Wayang. Gatotkaca itu tokoh pemberani, bisa terbang," ujar Satria.
Wayang sebagai warisan budaya dunia dari Indonesia seringkali dilupakan anak-anak. Selama ini pelajaran wayang hanya ada di mata pelajaran muatan lokal daerah dengan durasi 2-3 jam per minggu. Itupun belum dengan materi bahasa daerah.
"Wayang Masuk Sekolah" kembali digelar di salah satu SD Negeri di Solo, SD Sampangan 26 Solo, Rabu lalu (18/7). Tiga ratus lima belas siswa kelas satu hingga kelas enam, termasuk 55 siswa baru diajak mengenal berbagai jenis wayang dan nama-nama tokohnya.
Kepala sekolah SD Sampangan 26 Solo, Tri Joko, mengatakan "Wayang Masuk Sekolah" menjadi salah satu kegiatan utama siswa menjelang Hari Anak Nasional 23 Juli. Ia mengatakan prihatin dengan fenomena sekarang ini, dimana anak lebih mengenal superhero dari luar negeri daripada tokoh pewayangan.
"Ada program "Wayang Masuk Sekolah" di sekolah tertentu, termasuk di SD kami ini. Tujuannya untuk memberikan pengetahuan dan pengalaman pada anak bahwa sebetulnya kita punya tokoh superhero dan budaya yang luhur dalam wayang ini. “Wayang Masuk Sekolah” ini fokus pada pengenalan tokoh-tokoh wayang dan berbagai macam jenis wayang. Antusiasme anak-anak sangat tinggi. Busana yang mereka pakai juga meriah, kita ingin wayang bukan sekdar menjadi tontonan tetapi juga tuntunan bagi anak-anak. Ada wayang kulit, wayang golek, kemudian juga anak-anak memakai busana wayang orang, ada tokoh nakula sadewa, ada werkudara, gatotkaca, srikandi, dan sebagainya. Kita bebaskan anak-anak memilih busana wayang sesuai kreasi, tetapi kita anjurkan anak-anak memakai busana wayang yang sudah dikenal," jelas Tri.
Pengelola sanggar seni wayang yang bekerjasama dengan SD tersebut, Margono, mengungkapkan mengenalkan wayang pada anak harus dikemas dalam acara yang menyenangkan. Menurut Margono, sanggarnya telah berkeliling ke berbagai daerah di Indonesia, tertama di Pulau Jawad an Bali, untuk mengenalkan budaya wayang, dan sekolah-sekolah di Solo menjadi lokasi ke-26 baginya.
Margono mengatakan, "Sasaran kita adalah anak-anak usia SD dan SMP. Jadi kegiatan kami di dua jenis sekolah itu, karena mereka sebagai pondasi generasi penerus budaya bangsa Indonesia. Kami punya trik bahwa anak-anak anak akan mengenang tentang wayang. Setelah pulang sekolah, akan teringat selalu pernah kirab budaya wayang dengan wayang kulit raksasa tokoh semar setinggi 6 meter. Awalnya kita pengenalan budaya wayang nusantara. Kita coba anak-anak untuk mewarnai gambar tokoh wayang, kita sediakan gambarnya di lembaran kertas. Itu untuk kelas satu hingga tiga SD, kemudian untuk kelas 4 hingga 6 SD, kita workshop membuat wayang kulit dari bahan kertas atau kardus. Wayang hasil karya anak-anak itu boleh dibawa pulang ke rumah masing-masng sebagai kenang-kenangan. Dari kegiatan ini, anak-anak bisa mengetahui dan membedakan tokoh wayang beserta karakternya. Kan ada karakter tokoh wayang yang baik, sedangkan karakter yang buruk atau jahat ya jangan ditiru.Ini akan berimbas ke kehidupan sehari-hari anak. misal tokoh Werkudara, Semar, dan lainnya. Ini secara pribadi akan tertanam." [ys/em]