Tautan-tautan Akses

WHO: Hampir 60% Warga Eropa Kelebihan Berat Badan


Laporan WHO yang dirilis Selasa (3/5) membuat kesimpulan yang jelas bahwa lebih dari 1,2 juta kematian per tahun di Eropa disebabkan oleh kelebihan berat badan dan obesitas.  . (Foto: AP)
Laporan WHO yang dirilis Selasa (3/5) membuat kesimpulan yang jelas bahwa lebih dari 1,2 juta kematian per tahun di Eropa disebabkan oleh kelebihan berat badan dan obesitas.  . (Foto: AP)

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan hampir 60 persen orang Eropa mengalami kelebihan berat badan atau obesitas. Pandemi yang berkepanjangan membuat mereka dengan indeks massa tubuh berlebihan ini berisiko menghadapi berbagai gangguan kesehatan dan bahkan kematian.

Laporan yang dirilis Selasa (3/5) ini membuat kesimpulan yang jelas bahwa lebih dari 1,2 juta kematian per tahun di Eropa disebabkan oleh kelebihan berat badan dan obesitas. Menurut para pakar kesehatan, fakta ini bisa dipahami karena kondisi berat berlebihan memang bisa mengakibatkan berbagai gangguan kesehatan, seperti kanker dan penyakit kardiovaskular.

Menurut laporan tersebut, 200.000 kasus baru kanker ditemukan setiap tahunnya akibat kelebihan berat badan dan obesitas. Kondisi ini juga memicu munculnya komplikasi muskuloskeletal, diabetes tipe 2, penyakit jantung, dan setidaknya 13 jenis kanker.

Obesitas pada anak-anak. (Foto: AP)
Obesitas pada anak-anak. (Foto: AP)

Julianne Williams, pakar kesehatan WHO yang ikut menulis laporan itu. menjelaskan alasan mengapa kelebihan berat badan menjadi masalah yang semakin umum di Eropa.

"Kita hidup di lingkungan di mana kita memiliki akses mudah ke makanan murah dan lezat dan di mana sangat mudah untuk tidak bergerak sepanjang hari. Kita tahu anak-anak kita dibombardir dengan iklan," kata Williams.

WHO: Hampir 60% Warga Eropa Kelebihan Berat Badan
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:02:58 0:00

"Iklan bahkan semakin meningkat di dunia digital. Ketika mereka bermain video game, contohnya, mereka melihat iklan makanan kaya lemak, gula dan garam. Kita tahu bahwa anak-anak sangat rentan terhadap itu. Tingkat menyusui eksklusif di Eropa juga sangat rendah dibandingkan dengan wilayah lain di dunia. Dan kita tahu bahwa menyusui adalah satu hal yang melindungi anak dari kelebihan berat badan dan obesitas di kemudian hari," tambahnya.

Williams mengatakan, berbagai pembatasan terkait pandemi COVID-19, ikut memperburuk kondisi ini.

“Kita melihat orang-orang menjadi kurang aktif. Aktivitas fisik mereka menurun, kebiasaan makan menjadi lebih buruk. Ini sangat mengkhawatirkan. Bila terkena COVID, orang dengan obesitas, atau orang yang kelebihan berat badan, lebih cenderung menjalani rawat inap di ICU, dan lebih berisiko mengalami kematian. Tingginya angka kematian akibat COVID adalah akibat dari kegagalan kita menangani obesitas dan kelebihan berat badan," paparnya.

Untuk mengubah situsi ini, menurut Williams, perubahan kebijakan yang efektif perlu diterapkan di tingkat pemerintah. WHO menyarankan untuk membatasi pembukaan gerai-gerai takeaway di lingkungan berpenghasilan rendah, merekomendasikan penggunaan susu ibu, memperbaiki pelabelan makanan bayi, serta mempromosikan program makan sehat.

Seorang pria yang kelebihan berat badan sedang beristirahat di sebuah bangku di Jackson, AS, 4 September 2014. (Foto: AP)
Seorang pria yang kelebihan berat badan sedang beristirahat di sebuah bangku di Jackson, AS, 4 September 2014. (Foto: AP)

"Ini bukan hanya tentang memberitahu individu untuk mengubah perilaku mereka, ini tentang perubahan kebijakan. Iklan minuman berkadar gula tinggi perlu dibatasi, terutama untuk anak-anak. Pajak minuman berkadar gula tinggi harus ditingkatkan. Kita juga perlu meningkatkan akses ke layanan manajemen obesitas berkualitas tinggi," tutur Williams.

Menurut WHO, jumlah orang yang mengalami kelebihan berat badan dan obesitas di Eropa meningkat setiap tahunnya. Dibandingkan dengan 1975, data 2016 menunjukkan kenaikan lebih dari 138 persen. [ab/uh]

XS
SM
MD
LG