Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah meningkatkan peringatan untuk Asia Tenggara agar siaga terhadap ancaman yang ditimbulkan oleh virus Zika yang dibawa nyamuk, di tengah memuncaknya kekhawatiran akan dampaknya bagi penduduk setempat.
Roderico Ofrin, direktur program darurat WHO untuk Asia Tenggara, mengatakan negara-negara perlu menerapkan "pengawasan dan sistem pelaporan yang efektif" untuk memantau penyebaran penyakit.
Ofrin mengemukakan strategi itu menekankan pentingnya meningkatkan pengendalian vektor; memperkuat pengawasan virus Zika dan kelahiran cacat, menambah kapasitas laboratorium dan memperkuat komunikasi risiko dan keterlibatan masyarakat.
Amerika Selatan telah menanggung beban yang parah, terutama Brazil, di mana ratusan kasus mikrosefali telah dikonfirmasi sejak wabah virus Zika merebak pada tahun 2015.
Sebuah laporan di jurnal The Lancet Infectious Diseases mengidentifikasi India, China , Filipina, Thailand dan Indonesia sebagai negara berisiko tinggi, sedangkan di Sub-Sahara Afrika, Angola telah menghadapi peningkatan risiko karena ikatan sejarah dengan Brazil.
Singapura telah melaporkan lebih dari 240 kasus Zika, sementara Malaysia dan Thailand juga telah melaporkan infeksi tersebut. Peringatan perjalanan juga telah dikeluarkan oleh Amerika Serikat, Inggris, Australia dan Taiwan, terutama untuk ibu hamil, agar tidak melakaukan perjalanan yang tidak penting. [as/ab]