Dengan hampir 55 juta kasus, termasuk 1,3 juta kematian akibat COVID-19 yang tercatat di seluruh dunia, Dirjen Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan negara-negara yang tidak mengambil tindakan agresif untuk mengendalikan penyebaran virus itu “sedang bermain dengan api.”
Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus menyatakan keprihatinan mengenai pertambahan pesat jumlah kasus baru di seluruh dunia dalam konferensi pers hari Senin (16/11) dari markas besar WHO di Jenewa. Konferensi pers ini menandai kembalinya Tedros ke markas besar WHO sejak melakukan karantina mandiri selama dua pekan setelah melakukan kontak dengan seseorang yang positif terjangkit COVID-19.
Dr. Tedros menyambut baik kabar dari perusahaan farmasi AS Moderna bahwa vaksin virus coronanya didapati hampir 95 persen efektif. Tetapi ia mengatakan dunia tidak boleh terbuai menjadi merasa berpuas diri.
“Ini adalah virus berbahaya, yang dapat menyerang setiap sistem dalam tubuh,” katanya. “Negara-negara itu, yang membiarkan virus berkecamuk tak terkendali sedang bermain-main dengan api.”
Dr. Tedros juga menyatakan kemunculan kembali kasus-kasus COVID-19 mendorong sistem layanan kesehatan hingga ke titik maksimum kemampuannya.
Moderna adalah perusahaan farmasi kedua yang melaporkan tingkat keampuhan tinggi dari vaksin COVID-19 eksperimentalnya, yang disampaikan sepekan perusahaan berbasis di AS lainnya, Pfizer, mengumumkan hasil serupa dari vaksin yang dikembangkannya bersama dengan perusahaan Jerman BioNTech.
Pfizer, Senin (16/11) menyatakan meluncurkan program uji coba di AS untuk membantu mengembangkan rencananya untuk mengirim vaksin itu begitu menerima izin resmi. Perusahaan itu menyatakan telah memilih empat negara bagian, New Mexico, Rhode Island, Tennessee dan Texas, berdasarkan perbedaan-perbedaan dalam hal ukuran dan keragaman populasi, termasuk kondisi kota dan desa mereka.
Para pakar kesehatan telah menyatakan kekhawatiran mengenai sulitnya mendistribusikan vaksin buatan Pfizer/BioNTech karena vaksin itu memerlukan tempat penyimpanan dalam unit-unit pendingin bersuhu sangat rendah.
Kemunculan kembali virus corona telah mendorong pemerintah negara di berbagai penjuru dunia untuk memberlakukan restriksi baru untuk menghadang penyebaran penyakit itu.
Korea Selatan, Selasa (17/11) mengumumkan tentang pemberlakuan peraturan baru mengenai menjaga jarak untuk daerah Seoul Raya setelah ibu kota Korea Selatan itu mencatat 200 kasus baru COVID-19 selama tiga hari berturut-turut.
Mulai Kamis (19/11), pertemuan publik 100 orang lebih akan dilarang, sementara hadirin dalam acara kebaktian dan olah raga akan dibatasi 30 persen kapasitasnya.
Di Australia, otoritas kesehatan di negara bagian Australia Selatan telah memerintahkan 4.000 orang masuk karantina setelah satu klaster kasus COVID-19 di ibu kota, Adelaide, bertambah menjadi 21 pada hari Selasa. Lebih dari 6.000 orang telah menjalani pengetesan COVID-19. [uh/ab]