LONDON —
Dr. Luis Gomes Sambo adalah direktur Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk Afrika. Ia mengatakan, “Wilayah Afrika membuat kemajuan yang sangat lambat dalam meningkatkan kesehatan perempuan.”
Laporan baru WHO "Mengatasi Tantangan Kesehatan Perempuan di Afrika" meneliti berbagai informasi statistik tentang kesehatan perempuan di Afrika, dan gambaran yang diperoleh, adalah suram.
Kematian ibu melahirkan menjadi perhatian utama. Wilayah itu mencatat separuh lebih dari seluruh kematian Ibu bersalin di dunia. Di sub-Sahara Afrika peluang meninggal seorang perempuan ketika melahirkan adalah 1 dalam setiap 42 persalinan. Bandingkan dengan di Eropa, di mana hanya satu yang meninggal dalam tiap 2.900 persalinan.
Perempuan di Afrika penderita kanker rahim pada tingkat tertinggi di dunia - dua kali lipat dari rata-rata global.
Dan setiap tahun sekitar dua juta anak perempuan antara usia empat dan 12 diwajibkan menjalani pemotongan alat kelamin atau sunat perempuan.
Organisasi Kesehatan Dunia mengatakan pertanyaan tentang bagaimana meningkatkan kesehatan perempuan di Afrika harus dikaji ulang sepenuhnya - dan inti dari semuanya adalah peningkatan mendasar terhadap status perempuan dalam masyarakat.
Menurut Sambo, faktor-faktor sosial budaya merupakan faktor kunci.
"Ada dimensi lain yang perlu ditangani, seperti pemberdayaan perempuan dan juga menurunkan angka buta huruf, meningkatkan status ekonomi, menanggapi beberapa tantangan budaya yang secara keseluruhan dapat meningkatkan kesejahteraan perempuan,” papar Sambo.
Laporan itu mengatakan lebih banyak sumber daya harus ditujukan pada masalah kesehatan.
Pada bulan April 2001, perwakilan negara-negara Uni Afrika bertemu di ibukota Nigeria, Abuja. Para delegasi berjanji untuk meningkatkan pendanaan pemerintah mereka untuk program kesehatan, setidaknya 15 persen dari anggaran nasional mereka.
Namun sejak tahun 2003, anggaran kesehatan rata-rata negara-negara Afrika hanya sekitar 10 persen. Tiga belas negara Afrika menganggarkan program kesehatan mereka saat ini lebih kecil daripada yang mereka lakukan tahun 2001.
WHO mengatakan sumbangan donor bervariasi secara dramatis dari satu negara ke negara lainnya- dari sebanyak $ 115 hingga kurang dari $ 5 per orang per tahun.
Terlebih lagi, kata Sambo, kesehatan perempuan sering merupakan prioritas yang rendah di wilayah dengan masalah kesehatan beragam.
Laporan itu mengatakan lebih dari separuh kematian perempuan terdapat di Afrika diakibatkan oleh baik oleh penyakit menular dan tidak menular, pada saat melahirkan atau sebelum/sesudah melahirkan dan akibat kekurangan gizi.
Laporan WHO itu diumumkan di London bertepatan dengan dengan Hari Perempuan Internasional, 8 Maret yang lalu.
Laporan baru WHO "Mengatasi Tantangan Kesehatan Perempuan di Afrika" meneliti berbagai informasi statistik tentang kesehatan perempuan di Afrika, dan gambaran yang diperoleh, adalah suram.
Kematian ibu melahirkan menjadi perhatian utama. Wilayah itu mencatat separuh lebih dari seluruh kematian Ibu bersalin di dunia. Di sub-Sahara Afrika peluang meninggal seorang perempuan ketika melahirkan adalah 1 dalam setiap 42 persalinan. Bandingkan dengan di Eropa, di mana hanya satu yang meninggal dalam tiap 2.900 persalinan.
Perempuan di Afrika penderita kanker rahim pada tingkat tertinggi di dunia - dua kali lipat dari rata-rata global.
Dan setiap tahun sekitar dua juta anak perempuan antara usia empat dan 12 diwajibkan menjalani pemotongan alat kelamin atau sunat perempuan.
Organisasi Kesehatan Dunia mengatakan pertanyaan tentang bagaimana meningkatkan kesehatan perempuan di Afrika harus dikaji ulang sepenuhnya - dan inti dari semuanya adalah peningkatan mendasar terhadap status perempuan dalam masyarakat.
Menurut Sambo, faktor-faktor sosial budaya merupakan faktor kunci.
"Ada dimensi lain yang perlu ditangani, seperti pemberdayaan perempuan dan juga menurunkan angka buta huruf, meningkatkan status ekonomi, menanggapi beberapa tantangan budaya yang secara keseluruhan dapat meningkatkan kesejahteraan perempuan,” papar Sambo.
Laporan itu mengatakan lebih banyak sumber daya harus ditujukan pada masalah kesehatan.
Pada bulan April 2001, perwakilan negara-negara Uni Afrika bertemu di ibukota Nigeria, Abuja. Para delegasi berjanji untuk meningkatkan pendanaan pemerintah mereka untuk program kesehatan, setidaknya 15 persen dari anggaran nasional mereka.
Namun sejak tahun 2003, anggaran kesehatan rata-rata negara-negara Afrika hanya sekitar 10 persen. Tiga belas negara Afrika menganggarkan program kesehatan mereka saat ini lebih kecil daripada yang mereka lakukan tahun 2001.
WHO mengatakan sumbangan donor bervariasi secara dramatis dari satu negara ke negara lainnya- dari sebanyak $ 115 hingga kurang dari $ 5 per orang per tahun.
Terlebih lagi, kata Sambo, kesehatan perempuan sering merupakan prioritas yang rendah di wilayah dengan masalah kesehatan beragam.
Laporan itu mengatakan lebih dari separuh kematian perempuan terdapat di Afrika diakibatkan oleh baik oleh penyakit menular dan tidak menular, pada saat melahirkan atau sebelum/sesudah melahirkan dan akibat kekurangan gizi.
Laporan WHO itu diumumkan di London bertepatan dengan dengan Hari Perempuan Internasional, 8 Maret yang lalu.