Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan upaya vaksinasi COVID-19 di Eropa "sangat lamban" dalam menghadapi lonjakan baru virus dan varian baru yang lebih menular.
Dr. Hans Kluge, direktur WHO Eropa, Kamis (1/4) mendesak para pemimpin benua itu untuk "mempercepat proses dengan meningkatkan produksi, mengurangi hambatan dalam pemberian vaksin, dan menggunakan setiap botol yang dimiliki, sekarang."
Jumlah infeksi baru di seluruh Eropa lima minggu lalu turun di bawah 1 juta tetapi WHO mengatakan jumlah itu melonjak menjadi 1,6 juta kasus baru, dengan hampir 24.000 kematian.
Dr. Kluge mengatakan hampir 10% orang di seluruh Eropa telah mendapat setidaknya satu dosis vaksin, dan hanya 4% yang sudah divaksinasi penuh.
Upaya vaksinasi Eropa terhambat oleh masalah peluncuran vaksin Oxford-AstraZeneca. Prancis, Jerman dan Spanyol baru-baru ini mengumumkan membatasi penggunaan vaksin dua dosis itu karena khawatir bisa menyebabkan penggumpalan darah, meskipun Emer Cooke, direktur eksekutif badan obat-obatan Eropa, European Medicines Agency EMA, Rabu mengatakan pihaknya tidak menemukan bukti ilmiah untuk yang mendukung pembatasan tersebut.
Sementara itu, Pfizer-BioNTech pada Kamis mengumumkan vaksin mereka efektif melawan COVID-19 hingga enam bulan setelah vaksinasi penuh. Data tersebut berasal dari studi tahap akhir yang sedang berlangsung terhadap lebih dari 44.000 sukarelawan.
Menurut penelitian, vaksin itu 91% efektif melawan penyakit simptomatik dan bahkan lebih protektif dalam mencegah penyakit parah. Dari 927 kasus COVID-19 yang dikonfirmasi terdeteksi hingga 13 Maret, 77 di antaranya adalah relawan yang mendapat vaksin dan 850 relawan yang mendapat suntikan palsu.
Mereka melaporkan tidak ada masalah keamanan yang serius dan vaksin tersebut juga tampaknya ampuh melawan varian yang pertama kali terdeteksi di Afrika Selatan.
Berita terbaru ini disampaikan sehari setelah Pfizer mengumumkan telah memproduksi 120 juta dosis vaksin COVID-19 untuk AS. Produsen obat tersebut siap mengirimkan 200 juta dosis pada akhir Mei dan 300 juta dosis pada akhir Mei. Juli, seperti yang mereka sumpah awal tahun ini.
Di tempat lain, Presiden Prancis Emmanuel Macron memerintahkan negara itu melakukan penutupan wilayah nasional ketiganya pada hari Rabu untuk mencegah gelombang ketiga COVID-19 menyebar ke seluruh negara.
Di antara langkah-langkah penutupan wilayah itu, Macron menutup semua sekolah selama tiga minggu mulai Senin.
Macron berharap sebelumnya ingin menghindari penutupan wilayah dan dampaknya terhadap ekonomi. Namun, jumlah kematian di negara itu mendekati 100.000 dan menghadapi kesulitan dalam peluncuran vaksin karena lebih lamban dari yang diharapkan. Peningkatan kasus melumpuhkan unit perawatan intensif di daerah-daerah yang dilanda pandemi virus corona.
"Kita akan kehilangan kendali jika tidak bergerak sekarang," katanya dalam pidato yang disiarkan televisi kepada bangsa itu. Ia juga mengumumkan pembatasan perjalanan, mulai Sabtu, untuk seluruh negeri setidaknya selama sebulan. [my/jm]