Teguran terbuka yang disampaikan pejabat-pejabat kesehatan Amerika yang jarang terjadi itu menandai kemunduran terbaru vaksin COVID-19 buatan AstraZeneca yang dipuji sebagai sebuah tonggak upaya melawan pandemi ini, tetapi kemudian dirundung pertanyaan-pertanyaan tentang keefektifannya dan kemungkinan efek sampingnya.
AstraZeneca mengatakan hasil yang dipublikasi pada hari Senin (22/3), yang menunjukkan tingkat efikasi vaksin pada 79%, didasarkan pada analisis sementara atas data hingga 17 Februari dan kini “terlibat” dalam panel yang memantau uji coba itu untuk merilis analisis lengkapnya.
Perusahaan farmasi yang berkantor di Swedia itu hari Selasa (23/3) mengatakan telah meninjau kajian awal atas analisis penuh atau primer, dan mendapati bahwa hal itu konsisten dengan laporan sementara mereka.
Institut Penyakit Menular dan Alergi Amerika atau US National Institute for Allergy and Infectious Diseases NIAID hari Senin mengatakan suatu dewan yang bertugas memastikan keakuratan uji coba itu telah menyampaikan kekhawatiran mereka bahwa perusahaan itu mungkin telah memberikan pandangan yang kurang lengkap tentang keefektifan vaksin itu.
Direktur NIAID Anthony Fauci menyayangkan hal ini. “Ini seperti vaksin yang sangat bagus dan... tidak ada hal apapun, tetapi menimbulkan keraguan dan mungkin berkontribusi pada keragu-raguan (untuk divaksin),” ujarnya di stasiun televisi ABC News. Ditambahkannya, “datanya benar-benar cukup baik tetapi ketika mereka membuatnya dalam bentuk rilis, data itu belum benar-benar akurat. Kita terus berupaya keras membuat orang memahami bahwa ada pedoman yang diberlakukan.”
Uji coba untuk melawan gejala penyakit akibat COVID-19 di Amerika, Chili dan Peru menunjukkan efikasi vaksin buatan AstraZeneca ini mencapai 79%. Sementara untuk melawan kondisi parah atau kritis akibat penyakit ini mencapai 100%, dan tidak ada peningkatan risiko terjadinya penggumpalan darah, kekhawatiran yang membuat sejumlah negara pekan lalu menangguhkan vaksinasi dengan vaksin AstraZeneca.
Kepala tim riset biofarmasi AstraZeneca Mene Pangalos mengatakan, “Saya kira data ini menjawab pertanyaan orang-orang yang menilai vaksin ini tidak efektif. Kami selalu yakin dengan kemanjuran vaksin ini. Saya kira hal ini akan menjadi lebih sederhana karena ada satu studi dengan zat uji klinis yang sama, yang hasilnya pun sama. Ini studi yang lebih jelas, yang menunjukkan tingkat kemanjuran 79% pada gejala penyakit akibat COVID-19 dan 100% pada penyakit yang parah.”
Badan regulasi obat-obatan Eropa EMA pekan lalu mengatakan vaksin AstraZeneca ini aman, tetapi hasil jajak pendapat hari Senin menunjukkan warga Eropa masih skeptis dengan keamanan vaksin ini.
Munculnya keraguan baru tentang efikasi vaksin ini berkelindan dengan didistribusikannya vaksin ini ke puluhan negara dan menjelang pengajuan permohonan otorisasi penggunaan darurat ke Badan Urusan Pangan & Obat-Obatan Amerika FDA.
Terlepas dari hal itu, Dirjen WHO Tedros Adhanom-Gebreyesus memuji AstraZeneca sebagai satu-satunya perusahaan yang berkomitmen untuk tidak mencari keuntungan dari vaksin yang dihasilkannya.
“Dan sejauh ini, AstraZeneca adalah satu-satunya perusahaan farmasi yang mengembangkan vaksin COVID-19 yang membuat kontribusi signifikan pada pemerataan distribusi vaksin, dengan memberikan lisensi teknologinya pada sejumlah perusahaan, termasuk pada SK Bio di Korea Selatan dan Serum Institute di India, yang kini memproduksi lebih dari 90% vaksin dan kemudian didistribusikan melalui COVAX. Kita membutuhkan lebih banyak lagi perusahaan pembuat vaksin yang mengikuti contoh ini dan memberikan lisensi teknologinya pada perusahaan-perusahaan lain,” kata Tedros.
Vaksin AstraZeneca dinilai penting dalam mengatasi perebakan pandemi virus corona di seluruh dunia karena harganya lebih murah dan distribusinya lebih mudah dibanding dua vaksin lainnya yaitu Pfizer-BioNTech dan Moderna. AstraZeneca juga telah mendapatkan ijin pemasaran dan otorisasi penggunaan darurat di lebih dari 70 negara. Beberapa pemimpin negara telah disuntik vaksin ini untuk mendorong kepercayaan publik, termasuk Presiden Korea Selatan Moon Jae-in yang divaksinasi hari Selasa ini.
AstraZeneca mengatakan akan menyampaikan data-datanya pada FDA dalam beberapa minggu ke depan. [em/lt]