Di jalan berbatu di Athena, pemilik kedai minuman Spiros Bairaktaris membuka lebar tangannya, menyambut berita kembalinya para wisatawan China.
Spiros mengatakan “kami menunggu mereka dengan penuh cinta dari lubuk hati terdalam. Kami ingin menjamu mereka, memberi mereka makan dan menawarkan semua layanan kami.”
Semua restoran di Athena sangat ingin kembali beroperasi, tambahnya.
Yunani memperkirakan jumlah wisatawan China, yang sebagian sudah mulai berdatangan, akan melonjak pada musim panas nanti. Jumlah bisa lebih dari 200.000 orang, rekor wisatawan China yang datang ke Yunani sebelum perebakan luas COVID-19.
Beberapa bulan terakhir ini sejumlah pejabat Yunani dan China telah melangsungkan pertemuan untuk membantu meringankan pembatasan visa. Penerbangan langsung telah dimulai kembali. Sementara jumlah dan lokasi wisata juga ditingkatkan untuk mendorong arus masuk wisatawan China.
Pariwisata menyumbang lebih dari seperempat pendapatan ekonomi Yunani. Para pejabat memperkirakan akan datang lebih dari 30 juta wisatawan dari berbagai belahan dunia pada musim panas nanti, termasuk dari China. Bisnis di Yunani berharap kembalinya wisatawan China akan membantu mesin ekonomi negara yang lesu setelah resesi selama satu dekade, dan imbas pandemi COVID-19.
“Di masa lalu, kita melihat rata-rata pengeluaran wisatawan China di Yunani dua kali lipat lebih besar dibanding wisatawan Eropa," kata Wakil Menteri Pariwisata Yunani Sofia Zacharaki.
Besarnya antusiasme dan sambutan hangat warga Yunani pada wisatawan, khususnya wisatawan China, merupakan hal baru. Lima tahun lalu dan menjelang perebakan COVID-19, banyak bisnis dan warga setempat yang mengatakan mereka kecewa dengan membludaknya wisatawan China. Warga Yunani merujuk pada apa yang mereka sebut sebagai komersialisasi berlebihan dari pernikahan massal wisatawan China di pulau-pulau ikonik yang sangat terkenal seperti Santorini.
Warga Yunani juga mengatakan bahwa di Santorini dan pulau-pulau lain, para petugas penegak hukum, pengumpul sampah hingga layanan lain kewalahan karena masuknya wisatawan asing, yang sebagian besar berasal dari China. Warga setempat juga khawatir dengan kondisi bangunan karena berupaya mengakomodasi pengunjung sebanyak mungkin. Banyak juga yang khawatir jika wisatawan China dan lainnya mengancam kohesi sosial.
Belum jelas apakah kekhawatiran yang sama akan muncul lagi. Yang pasti saat ini banyak restoran sedang menerjemahkan menu andalan mereka ke dalam bahasa Mandarin, menghias toko-toko dengan bendera China, sementara para karyawan hotel belajar bahasa Mandarin. [em/jm]
Forum