PBB mengatakan, situasi pangan di Zimbabwe berubah dari krisis menjadi darurat. Badan itu mengungkapkan bahwa kebanyakan penduduk dalam keadaan kekurangan pangan yang disebabkan oleh El Nino, kemarau, dan krisis ekonomi yang sedang berlangsung. Reporter VOA Columbus Mavhunga melaporkan dari sebuah kota miskin di luar ibukota Zimbabwe, Harare.
Plaxedes Chibura tinggal di kota Epworth yang miskin, yang terletak kurang dari satu jam perjalanan mobil dari ibukota Zimbabwe, Harare.
Epworth hanyalah satu kota di Zimbabwe yang berada dalam keadaan sangat membutuhkan bantuan pangan.
Chibura yang berusia 48 tahun dan tidak memiliki pekerjaan itu mengatakan, ia mengalami kesulitan dalam menyediakan makanan bagi cucu-cucunya. "Kami terpaksa makan satu kali sehari. Kadang-kadang hanya makan sayuran dari kebun kami. Kami berjuang untuk mendapat uang untuk membeli makanan. Saya berharap para dermawan dapat memberi kami makanan, terutama bagi anak-anak, apalagi saya tidak bekerja. Saya bahkan tidak dapat membayar uang sekolah, begitu juga tagihan dokter. Mereka pergi ke sekolah tanpa mengisi perut karena kami tidak memiliki makanan," jelasnya.
Badan bantuan PBB dan pemerintah mengatakan, Zimbabwe membutuhkan sekitar 123 juta dollar untuk memerangi kelaparan bagi sekitar 5,5 juta penduduk dari sekarang hingga April 2020.
Pada saat itulah mereka berharap akan ada panen dan cukup hujan.
PBB saat ini mendorong para petani untuk melakukan investasi berupa irigasi atau biji gandum agar negara itu memiliki cukup persediaan pangan.
Kemarau yang sedang terjadi telah merusak panen, khususnya jagung, yang merupakan bahan utama makanan pokok mereka, sadza yaitu bubur jagung yang kental.
Selain itu, Badai Idai bulan Maret lalu telah merusak banyak tanaman beberapa minggu sebelum dipanen.
Bishow Parajuli, koordinator PBB di Zimbabwe mengatakan, "Sayangnya, keadaannya berubah dari krisis menjadi darurat yang sangat serius. Juga karena tantangan ekonomi yang dihadapi negara ini, warga kehilangan penghasilan mereka. Situasi ini sangat genting. Kami mengharapkan kemurahan hati komunitas internasional, membuat Zimbabwe lebih bergantung pada komunitas internasional."
Ia mengatakan, Amerika, Inggris dan Uni Eropa telah memberikan banyak bantuan pangan pada masa lalu dan ia berharap, bantuan itu akan datang kembali pada masa depan.
Sayangnya, bantuan itu tidak dapat memastikan ibukota Harare dan kota-kota lainnya memiliki cukup persedian air minum yang layak. Dua waduk air di ibukota Harare dan lainnya telah mengering. Penjatahan air sudah mulai diberlakukan.
Krisis ekonomi juga menyebabkan kekurangan bahan kimia untuk mengolah air sehingga timbul kekhawatiran munculnya kolera lewat air yang terkontaminasi. [lj/lt]